
Alhamdulillah, Kini China Tak Lagi Jadi Ancaman 'Besar' RI

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China tadinya bisa memberikan masalah bagi Indonesia jika perekonomiannya mengalami kemerosotan. Bahkan, sempat beredar kecemasan China akan mengalami stagflasi, alias melambatnya pertumbuhan ekonomi hingga stagnan dengan inflasi yang tinggi.
Ketika perekonomian China memburuk, maka Indonesia juga akan terkena dampaknya. Maklum saja, Negeri Tiongkok merupakan pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia, begitu juga dengan impor yang besar dari China.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non-migas Indonesia ke China pada periode Januari-Oktober mencapai US$ 40,6 miliar, mengalami kenaikan hingga 74% dari periode yang sama tahun 2020.
Nilai tersebut berkontribusi sebesar 23% dari total ekspor Indonesia. Kontribusi tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan Amerika Serikat, yakni 11%, yang berada di urutan kedua negara tujuan ekspor RI.
Artinya, China merupakan pangsa ekspor terbesar Indonesia, ketika perekonomian stagnan ada risiko demand akan menurun, yang berdampak pada industri di dalam negeri.
Kemudian impor dari China lebih krusial lagi. Sejak tahun 1990, nilai impor dari China nyaris selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penurunan tajam baru terjadi pada tahun lalu.
Impor dari China berkontribusi sebesar 32% dari total impor non-migas Indonesia periode Januari-Oktober 2021, dengan nilai US$ 43,7 miliar. Total impor dalam 10 bulan tersebut sudah lebih tinggi dari total impor sepanjang 2020 sebesar US$ 39,4 miliar.
Ketika inflasi di China terus merangkak, maka harga produknya tentu akan lebih mahal yang bisa merugikan bagi industri di dalam negeri. Kenaikan harga tersebut juga bisa membuat defisit neraca dagang dengan China semakin lebar, bahkan juga berisiko memicu kenaikan inflasi di dalam negeri.