
Ngeri! The Fed Bakal Ketatkan Moneter dengan Kekuatan Penuh

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (27/1) dini hari waktu Indonesia. Dampaknya sudah terasa di luar dan dalam negeri.
Nilai tukar rupiah tertekan dan nyaris menyentuh Rp 14.400/US$, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masuk ke zona merah bersama bursa saham Asia lainnya.
Pengumuman dini hari tadi menegaskan bank sentral yang dipimpin Jerome Powell ini akan agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya, bahkan dengan kekuatan penuh.
Dengan inflasi jauh di atas 2% dan pasar tenaga kerja yang kuat, Komite (Federal Open Market Committee/FOMC) memperkirakan akan tetap untuk segera menaikkan rentang target suku bunga (Federal Funds Rate/FFR)," tulis pernyataan The Fed.
Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, The Fed membabat suku bunganya hingga menjadi 0% - 0,25%. Dengan pengumuman kali ini, pasar semakin yakin FFR akan dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% di bulan Maret.
Tidak hanya itu, The Fed juga diperkirakan bisa menaikkan suku bunga lebih dari 3 kali di tahun ini melihat pernyataan Powell yang menyebut inflasi masih berisiko meninggi.
"Risiko inflasi masih naik dalam pandangan FOMC begitu juga dengan pandangan pribadi saya. Ada risiko cukup besar inflasi yang kita alami saat ini akan berlangsung dalam waktu yang lama. Ada juga risiko inflasi akan semakin tinggi. Kami harus berada pada posisi di mana kebijakan moneter bisa mengatasi semua kemungkinan yang ada," kata Powell dalam konferensi pers usai pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat saat ini berada di level 7% year-on-year (yoy) pada bulan Desember. Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juni 1982.
Sementara itu inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed melesat 5,7% (yoy) di bulan November tahun lalu, tertinggi sejak Juli 1982. Sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7%, tertinggi sejak September 1983.
Data terbaru inflasi PCE akan dirilis Jumat besok.
Bank investasi ternama, Goldman Sachs sudah memprediksi Jerome Powell dan kolega bisa bertindak lebih agresif lagi.
Analis dari Goldman Sachs melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat.
"Prediksi dasar kami The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di bulan Maret, Juni, September dan Desember. Tetapi Kami melihat risiko The Fed ingin menaikkan suku bunga di setiap pertemuan sampai proyeksi inflasi berubah," kata David Mericle, ekonom di Goldman Sachs kepana nasabahnya yang dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International, Minggu (23/1).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Juga akan Kurangi Nilai Balance Sheet