
Kuartal III, The Fed Bakal Kerek Suku Bunga 125 Basis Poin!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) semakin agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Pada pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 1,5% - 1,75%.
Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar sejak 1994, dan tidak berhenti sampai di sana. Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan akan terus menaikkan suku bunga guna menurunkan inflasi.
Saat pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan lalu, Powell menyatakan suku bunga di bulan Juli akan naik antara 50 bp sampai 75 bp.
Reuters melakukan survei kepada para ekonom, hasilnya The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 bp di bulan depan dan 50 bp di September. Artinya, di kuartal III-2022, The Fed total menaikkan suku bunga sebesar 125 bp menjadi 2,75% - 3%.
Detail survei tersebut, dari 91 ekonom sebanyak 67 orang memperkirakan kenaikan 75 bp bulan depan. Mayoritas juga melihat suku bunga nai 50 bp di September. Untuk November, pendapatan para ekonom terbelah, ada yang melihat kenaikan 50 bp ada yang 25 bp. Sementara untuk Desember 2022, mayoritas ekonom melihat The Fed akan mengerek 25 bp.
Sementara itu ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan testimoninya di hadapan Kongres AS. Ia menyatakan kenaikan suku bunga selanjutnya akan tergantung data ekonomi terbaru, khususnya inflasi serta outlook perekonomian.
"Dalam beberapa bulan ke depan kami akan melihat bukti inflasi menurun, konsisten dengan laju penurunan ke 2%. Kami melihat berlanjutnya kenaikan suku bunga tepat untuk dilakukan, besarnya kenaikan akan tergantung dari data selanjutnya dan perkembangan outlook perekonomian," kata Powell di hadapan Kongres AS, Rabu (22/6/2022).
Inflasi di Amerika Serikat memang terus menanjak. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) bulan Mei melesat 8,6% year-on-year (yoy), tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
Tetapi, inflasi CPI inti yang tidak memasukkan item makanan dan energi justru mengalami penurunan 2 bulan beruntun. Di bulan Mei tecatat tumbuh 6% (yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,2% (yoy) dan dari Maret sebesar 6,5% (yoy).
Sementara itu indikator inflasi yang dijadikan acuan The Fed, personal consumption expenditure (PCE) juga menunjukkan penurunan. Inflasi PCE April tercatat tumbuh 6,3% (yoy) dari bulan sebelumnya 6,6%.
Inflasi PCE inti sudah turun 2 bulan beruntun, berada di 4,9% (yoy).
Inflasi inti PCE yang terus menurun menjadi indikasi demand masyarakat yang merosot, sehingga bisa menjadi pertimbangan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga sebesar 75 bp lagi. Data inflasi PCE akan dirilis pada Kamis pekan depan.
Hasil survei lain yang dilakukan Reuters menunjukkan inflasi di Amerika Serikat baru akan mencapai target The Fed sebesar 2% pada 2025.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIAÂ
(pap/pap) Next Article Ngeri! The Fed Bakal Ketatkan Moneter dengan Kekuatan Penuh