²©²ÊÍøÕ¾

Market Cap Bank Mandiri Melonjak, Tapi Cap Bank Jago Ambles

Chandra Dwi Pranata, ²©²ÊÍøÕ¾
31 January 2022 13:00
Bank Mandiri
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kurang menggembirakan. IHSG ambles lebih dari 1% seiring meningkatnya volatilitas pasar saham global.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pekan lalu, IHSG ambles 1,2% secara point-to-point. Namun pada perdagangan Jumat (28/1/2022) pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,52% ke level 6.645,51.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 60,4 triliun. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) nyaris Rp 74 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 186 miliar di seluruh pasar.

Seiring dari kembali amblesnya IHSG pada pekan lalu, total 10 besar kapitalisasi pasar terbesar (big cap), per Jumat akhir pekan lalu mengalami penurunan menjadi Rp 3.388 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 3.446 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten28 Jan 2022No.Emiten21 Jan 2022No.Emiten14 Jan 2022
1.BCA/BBCA9491.BCA/BBCA9701.BCA/BBCA958
2.Bank BRI/BBRI6212.Bank BRI/BBRI6262.Bank BRI/BBRI627
3.Telkom/TLKM4223.Telkom/TLKM4293.Telkom/TLKM415
4.Bank Mandiri/BMRI3534.Bank Mandiri/BMRI3374.Bank Mandiri/BMRI331
5.Astra/ASII2225.Bank Jago/ARTO2615.Bank Jago/ARTO255
6.Bank Jago/ARTO2216.Astra/ASII2276.Astra/ASII232
7.Chandra Asri/TPIA1857.Chandra Asri/TPIA1747.Chandra Asri/TPIA162
8.Unilever/UNVR1558.Unilever/UNVR1588.Unilever/UNVR161
9.Bank BNI/BBNI1389.Bank BNI/BBNI1329.Bank BNI/BBNI131
10.Bayan/BYAN12210.´¡±ô±ô´ÇÌýµþ²¹²Ô°ì/µþµþ±á±õ13210.Emtek/EMTK130

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (28/1/2022)

Berdasarkan data di atas, hampir kesepuluh saham big cap di atas Rp 100 triliun mengalami penurunan. Hanya tiga saham yang market cap-nya mengalami kenaikan.

Dari saham yang mengalami kenaikan market cap, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar kenaikannya pada akhir pekan lalu, yakni naik sebesar Rp 16 triliun menjadi Rp 353 triliun.

Sedangkan dari saham yang mengalami penurunan market cap, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menjadi saham yang paling besar penurunan market cap-nya pada pekan lalu, yakni turun sebesar Rp 40 triliun menjadi Rp 221 triliun.

Di lain sisi, saham emiten batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) berhasil menduduki 10 besar saham big cap di atas Rp 100 triliun pada pekan lalu, di mana saham BYAN menduduki posisi ke-10 dengan market cap-nya mencapai Rp 122 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Secara harian, sejatinya IHSG memang lebih banyak menguat pada pekan lalu, di mana hanya dua hari IHSG terkoreksi, yakni pada Senin dan Selasa lalu. Tetapi, koreksi yang terjadi pada perdagangan awal pekan lalu terbilang cukup parah, yakni terkoreksi hingga 1% lebih.

Meningkatnya volatilitas pasar saham global turut memperberat kinerja IHSG pada pekan lalu, di mana investor masih mengkhawatirkan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Pada pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengadakan rapat pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang berlangsung selama dua hari dimulai pada Selasa hingga Rabu lalu waktu AS.

Pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan hasil rapatnya, di mana bank sentral paling powerful di dunia itu sepakat untuk menaikan suku bunga acuannya pada Maret mendatang.

Hal ini terpaksa dilakukan oleh The Fed untuk mengekang kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam, di mana inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Desember 2021 sudah berada di angka 7%.

Investor di global masih terus khawatir dengan sikap The Fed yang semakin hawkish kedepannya. Meskipun mereka masih khawatir, namun sepertinya mereka sudah mulai mengabaikannya, terlihat dari pulihnya bursa saham Asia pada pekan lalu hingga hari ini, meski masih cenderung volatil.

Pada pekan lalu, data awal dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal keempat tahun 2021 dirilis.

Produk Domestik Bruto (PDB) yang menjadi indikator perekonomian negara AS tercatat tumbuh 6,9% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) pada kuartal IV-2021.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 2,3% QoQ dan jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 5,5% QoQ.

Pertumbuhan ekonomi AS tersebut didasarkan pada pembacaan awal PDB dan masih mungkin direvisi baik ke atas maupun ke bawah.

Meskipun begitu, tingginya pertumbuhan ekonomi AS di atas ekspektasi pelaku pasar cukup menjadi sentimen positif untuk harga aset berisiko seperti saham.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular