
Ada Ancaman Taper Tantrum 2.0, RI Bakal Kuat Gak Nih?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ancaman terbesar dalam waktu dekat yang harus dihadapi Indonesia adalah kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikan suku bunga acuan. Meskipun diyakini efeknya ke Indonesia juga tak seberapa.
Chatib Basri, Ekonom Senior menyebut periode ini sebagai taper tantrum 2.0. Meski demikian, dirinya meyakini ceritanya akan jauh berbeda.
"Saya mengatakan this time is different, the taper tantrum 2.0 will be different than taper tantrum 2013," ungkapnya dalam Side Event G20 Finance Track bertajuk 'Showcasing The Implementation of Local Currency Settlement Framework Between Indonesia and Partner Countries', Rabu (16/2/2022).
Hal yang paling signifikan adalah kepemilikan asing dalam SBN. Pada 2013 silam, asing memiliki 40% dari SBN sedangkan saat ini hanya sekitar 20%. Kebanyakan yang tersisa adalah investor yang menempatkan dana untuk jangka panjang.
"Itu yang menjelaskan rupiah sekarang more stable, walaupun tapering itu sudah diumumkan dan the fed akan menaikan FFR," jelas Mantan Menteri Keuangan tersebut.
Bahkan ketika rencana the Fed terealisasi, Chatib lebih menyarankan opsi yang diambil adalah melepaskan pergerakan nilai tukar rupiah. Sebab sekalipun melemah, tidak akan sedalam sebelumnya. Dibandingkan dengan melakukan pengetatan fiskal atau menaikan suku bunga acuan.
Kebijakan fiskal yang longgar dan suku bunga rendah masih sangat dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
"Saat 2013 BI punya kemewahan untuk menaikan bunga karena growth kita saat itu di atas 6%. Sekarang hanya 3,7% tahun lalu bahkan minus 2,1%," ujarnya.