
Saham Emiten Migas Tersulut Memanasnya Harga Minyak

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga saham emiten minyak & gas (migas) naik ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Jumat (18/3/2022). Kenaikan ini terjadi seiring harga minyak kembali melonjak ke atas US$ 100/barel.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut ini saham-saham migas yang menghijau pagi ini, pukul 09.11 WIB.
Apexindo Pratama Duta (APEX), naik 25,00%, ke Rp 1.075/saham
Medco Energi Internasional (MEDC), naik 4,24%, ke Rp 615/saham
Radiant Utama Interinsco (RUIS), naik 2,07%, ke Rp 197/saham
Elnusa (ELSA), naik 2,00%, ke Rp 306/saham
Rukun Raharja (RAJA), naik 1,62%, ke Rp 188/saham
AKR Corporindo (AKRA), naik 0,62%, ke Rp 815/saham
Menurut data di atas, saham APEX memimpin kenaikan sebesar 25,00% atau menembus level auto rejection atas (ARA). Kemarin, saham APEX juga ditutup menyentuh level ARA 24,64%.
Di posisi kedua, ada saham MEDC yang naik 4,24% ke posisi Rp 615/unit, melanjutkan reli kenaikan sejak Rabu lalu (16/3).
Kendati demikian, dalam sepekan saham MEDC masih turun 3,94%, sedangkan dalam sebulan melesat 8,93%. Adapun sejak awal tahun (ytd), saham ini sudah melonjak 30,90%.
Saham RUIS dan ELSA juga masing-masing terapresiasi 2,07% dan 2,00% pagi ini.
Harga minyak dunia melesat pada perdagangan pagi hari ini. Maklum, harga si emas hitam sudah anjlok lumayan dalam.
Pada Jumat (18/3) pukul 06:17 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 106,64/barel. Melonjak 8,79% dari hari sebelumnya.
Sementara, yang jenis light sweet harganya US$ 102,98. Melejit 8,35%
Sebelumnya, harga minyak sempat anjlok parah. Buktinya, kenaikan harga hari ini yang lebih dari 8% belum bisa membuat harga minyak naik secara mingguan. Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet masih membukukan koreksi masing-masing 2,52% dan 2,53% secara point-to-point.
Koreksi yang sudah lumayan dalam itu membuat harga minyak menjadi 'murah'. Investor pun kembali melirik, memborong, dan membuat harga komoditas ini terangkat.
Lesatan harga minyak masih dilatarbelakangi konflik Rusia-Ukraina. Konflik yang membuat Negeri Beruang Merah kena sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Salah satu sanksi yang dikenakan AS adalah larangan membeli minyak dari Rusia.
"Ada kekhawatiran di pasar bahwa pasokan akan segera menipis," ujar John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, seperti diberitakan Reuters.
International Energy Agency yang berbasis di Paris (Prancis) memperkirakan 3 juta barel/hari pasokan minyak dan produk minyak dari Rusia akan 'mengering' di pasar dunia mulai bulan depan. Kehilangan itu lebih tinggi dibandingkan penurunan permintaan yang sekitar 1 juta barel/hari. Artinya, terjadi defisit pasokan sehingga wajar harga terangkat.
Perkembangan ini membuat sejumlah institusi menaikkan proyeksi harga minyak. Terbaru, Morgan Stanley memperkirakan harga minyak brent bisa menyentuh US$ 120/barel pada kuartal III-2022.
"Loading minyak di pelabuhan Rusia terus terjadi, tetapi tidak diketahui akan dikirim ke mana. Kapal tanker Rusia kesulitan menemukan tujuan," sebut riset Morgan Stanley.
Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan harga minyak akan bergerak dalam tren naik. Untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP), MH Thamrin memperkirakan rata-rata sepanjang 2022 berada di rentang US$ 85-86/barel. Naik dari proyeksi sebelumnya yaitu US% 67-70/barel.
Kenaikan harga komoditas pun terjadi secara meluas. Oleh karena itu BI memperkirakan indeks harga komoditas ekspor Indonesia pada 2022 bisa naik 10,5%. Jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tumbuh 4,2%.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf) Next Article Arah Harga Komoditas Ditengah Konflik Rusia-Ukraina