Dari Cuan Yenny Wahid Hingga Waran Terstruktur BEI
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin melemah. Indeks ditutup melemah 0,1% ke level 7.203,79.
Meski begitu, indeks sempat menyentuh level tertinggi 7.355,3 di awal perdagangan sesi satu. Kenaikan ini terjadi di tengah berbagai macam kabar pasar yang bermunculan dan masih akan mewarnai perdagangan hari ini.
Sebelum memulai perdagangan hari ini, Selasa (12/4/2022), simak rangkuman kabar pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ berikut ini.
Gegara WIRG, Yenny Wahid-Pieter Tanuri Cs Bisa 'Cuan' Gede!
Harga saham emiten penyedia dunia metaverse, PT WIR ASIA Tbk (WIRG) konsisten melonjak hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) selama 5 hari beruntun sejak debut perdana di bursa pada Senin pekan lalu (4/4/2022).
Alhasil, saham WIRG sudah terbang 227,38% selama lima hari, dibandingkan dengan harga penawaran awal sebesar Rp 168/saham.
Selain para pembeli saham anyar, kenaikan harga saham yang luar biasa tersebut juga berpotensi membuat para pemegang saham lama pra-penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) menangguk untung di WIRG.
Sebagaimana diketahui, terdapat deretan nama terkenal yang menjadi pemegang saham WIRG pra-IPO, mulai dari putri presiden RI ke-4 Gus Dur sampai para petinggi perusahaan energi PT Indika Energy Tbk (INDY).
Zannuba Arifah Chafsoh Rahman atau yang dikenal sebagai Yenny Wahid, putri presiden RI ke-4 mendiang Gus Dur memiliki 280,42 juta atau 2,35% saham WIRG, berpotensi mengantongi capital gain Rp 107,12 miliar.
Asal tahu saja, saat ini Yenny Wahid juga menjabat sebagai Komisaris Independen emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Selain Yenny, ada nama Pieter Tanuri, mantan pemilik emiten ban PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) dan pemegang saham klub bola Bali United PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang memiliki 60.000.000 saham atau 0,50% saham WIRG setelah IPO. Pieter Tanuri juga berpotensi 'menggondol cuan' dari saham WIRG Rp 22,92 miliar.
Laba Energi Mega (ENRG) Turun, Tapi Utang Jadi Nihil
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatat perolehan laba hingga US$ 40,26 juta sepanjang 2021. Laba bersih yang diperoleh perusahaan turun 24,96% secara tahunan dibanding posisi per akhir 2020 yaitu US$ 53,65 juta.
Dalam keterbukaan informasi perusahaan, terlihat sepanjang 2021 ENRG berhasil mencatat kenaikan jumlah penjualan bersih sebesar 24,99% secara tahunan dari posisi US$ 324,88 juta menjadi US$ 406,09 juta pada 2021.
Kemudian, EBITDA perusahaan juga naik dari US$ 233,70 juta menjadi US$ 273,95 juta per akhir 2021.
"Penjualan dan EBITDA di tahun 2021 menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya karena adanya kenaikan produksi gas dari blok Kangean dan Bentu, serta peningkatan produksi minyak dari blok Malacca Strait. Harga jual minyak juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya," kata Direktur Utama Energi Mega Persada Syailendra S. Bakrie, dikutip Senin (11/4/2022).
ENRG menyebut nilai laba bersih perusahaan akan terlihat lebih besar jika tidak ada pos 'pendapatan lain-lain' yang berasal dari pelunasan dan penghapusan utang di tahun sebelumnya.
Sebagai catatan, per 2021 nilai utang jangka panjang perusahaan turun dari US$ 78,54 juta menjadi US$ 42,93 juta. Kemudian utang jangka pendek menjadi nihil dari sebelumnya berjumlah US$ 18,78 juta per akhir 2020.
(RCI/dhf)