
Terra Luna Bangkit, Tapi Masih Jauh dari US$ 1

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga kripto Terra Luna (LUNA) mulai bangkit dari zona terendahnya pada perdagangan Senin (23/5/2022) siang hari waktu Indonesia. Meski mulai bangkit, tetapi harga koin digital (token) LUNA masih sangat jauh dari level psikologis US$ 1.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 11:35 WIB, harga token LUNA meroket 42,16% ke level US$ 0,0001998 per keping atau setara dengan Rp 2,94 per kepingnya. Meski meroket lebih dari 40%, tetapi jarak untuk menuju level psikologis US$ 1 masih cukup jauh.
Terlanjut babak belurnya LUNA sepanjang pekan lalu membuat kenaikan harga LUNA saat ini dinilai belum maksimal untuk kembali ke level US$ 1.
![]() Terra Luna (LUNA) |
Sedangkan token saudaranya atau sister coin-nya yakni TerraUSD (UST), yang merupakan stablecoin di ekosistem Terra juga mulai bangkit, di mana per pukul 11:35 WIB, harganya melesat ke level US$ 0,06477 per keping atau sebesar Rp 950,42 per keping. Masih cukup jauh bagi UST untuk menggapai kembali level US$ 1.
![]() TerraUSD (UST) |
UST merupakan stablecoin di mana yang menciptakan koin berjanji membuat harga tokennya stabil di kisaran US$ 1. Namun harga UST pun anjlok dan membuat sister coin-nya yaitu LUNA ikut babak belur.
Sebagai informasi, saat diterbitkan pertama kali nilainya US$ 0,8 per koin dan sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 119,55 per koin pada April lalu. Bahkan pernah menjadi salah satu aset kripto dengan kapitalisasi pasar besar senilai US$ 40 miliar.
Terra LUNA punya peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Saat stablecoin Terra turun sedikit, maka Terra LUNA akan dibakar sebagai cara harga bisa stabil.
UST menjadi satu-satunya stablecoin berkapitalisasi pasar jumbo yang tidak memiliki aset yang mem-backing-nya seperti stablecoin lain dan hanya bergantung pada arbitrase pasar.
Meskipun hancur lebur pada pekan lalu, sejumlah analis masih percaya jika Terra akan bangkit. Dilansir dari analytics insight, harga Terra kemungkinan akan kembali mendekati US$ 1 pada akhir 2022 kemudian meningkat menjadi US$ 3 pada 2023 dan US$ 5 pada 2025.
Namun, Deputi Gubernur Bank of England (Bank sentral Inggris), Jon Cunliffe memberi peringatan kepada investor kripto, tidak terkecuali Terra. Pengetatan kondisi keuangan di seluruh dunia akan membuat banyak pihak untuk mengalihkan investasi ke aset yang lebih aman.
"Ya, saya pikir saat proses ini berlanjut, karena (pengetatan kuantitatif easing) dimulai di Amerika Serikat ... Saya pikir kita akan melihat adanya dana keluar dari aset berisiko," terang Jon Cunliffe, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (18/5/2022) lalu.
Dia menambahkan faktor perang Rusia-Ukraina juga bisa menjadi penyebab beralihnya investor ke aset yang lebih aman.
"Ketika adanya dana keluar dari dari aset berisiko, Anda akan melihat aset yang paling spekulatif menjadi yang paling terpengaruh," kata Jon Cunliffe.
Seiring bangkitnya LUNA dan UST, beberapa kripto utama juga mulai bangkit dari zona koreksi. Bitcoin, kripto terbesar pertama di dunia menguat 2,89% ke level US$ 30.158,31 per keping atau setara dengan Rp 442.326.765 per keping, sedangkan Ethereum, kripto terbesar kedua di dunia melesat 3,16% ke level US$ 2.030,72 per keping atau Rp 29.782.394 per keping.
(chd/chd) Next Article Kacau! Ada Kripto yang Nyungsep 96% dalam Sehari Saja