²©²ÊÍøÕ¾

Pekan Lalu, Rupiah Berhasil Libas Aset Safe Haven Ini!

aaf, ²©²ÊÍøÕ¾
30 May 2022 16:15
Uang kertas 50-Swiss-franc (C) terletak di antara yang lain di dalam sebuah kotak di sebuah bank Swiss di Zurich, Swiss 9 April 2019. (REUTERS / Arnd Wiegmann)
Foto: Mata Uang Franc Swiss. (REUTERS / Arnd Wiegmann)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Di sepanjang pekan lalu, kurs rupiah berhasil bergerak menguat terhadap dolar franc swiss sebanyak 0,22%. Padahal, dolar franc swiss merupakan salah satu aset safe haven yang diburu investor dunia ketika gejolak ekonomi terjadi. Apa penyebabnya?

Melansir Refinitiv, pukul 11:00 WIB, rupiah kembali berjaya terhadap dolar franc swiss dan menguat sebanyak 0,21% ke Rp 15.193,31/CHF. Rupiah sempat menyentuh rekor tertingginya pada 13 Mei 2022 sejak dua tahun, di mana 1 dolar franc swiss hanya di banderol Rp 14.579,38/CHF.

Sejak diperkenalkan pada tahun 1850, dolar franc swiss sering dianggap sebagai mata uang safe haven, meski pengaruhnya masih lebih kecil dibanding dengan dolar Amerika Serikat (AS), yen Jepang, emas dan obligasi.

Stabilitas ekonomi Swiss dan sistem keuangan yang kuat telah menopang reputasi dolar franc swiss sebagai nilai lindung ketika ekonomi dunia sedang bergejolak. Swiss juga merupakan kreditur terbesar ke 17 di dunia di tahun 2019, jika mengacu pada data dari World Bank.

Negeri Coklat ini punya pemerintahan yang stabil dan tidak ada pengangguran di sana. Industri keuangan Swiss juga sangat kuat dan aman, dengan volatilitas pasar modal yang sangat minim.

Secara perdagangan, Swiss juga mencatat surplus. Swiss tidak tergabung dalam Uni Eropa sehingga gejolak politik, sosial, dan ekonomi di Zona Euro tidak banyak berpengaruh.

Namun, inflasi Swiss di bulan April mencapai 2,5% dan menjadi level tertinggi sejak Oktober 2008 yang didorong oleh melonjaknya harga transportasi yang naik 10% dan harga energi melesat 4,1% di sepanjang tahun ini.

Meski angka inflasi menunjukkan tren naik, tapi Bank Nasional Swiss (SNB) masih mempertahankan suku bunga acuan di wilayah negatif di -0,75% sejak 2015.

Seiring angka inflasi yang naik dan suku bunga acuan yang negatif, membuat Negara Coklat tersebut menjadi tidak menarik lagi karena ketika investor menabung akan tergerus keuntungannya karena inflasi yang lebih tinggi. Tidak heran, jika investor pun beralih ke aset safe haven lainnya dan membuang dolar franc swiss.

Secara year-to-date, performa rupiah memang lebih baik ketimbang dolar franc swiss. Dolar franc swiss terkoreksi tajam terhadap dolar AS sebesar 4,7%. Sedangkan rupiah hanya terkoreksi 2,2% terhadap si greenback. Tidak heran, jika Mata Uang Garuda dapat menguat terhadap dolar franc swiss.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA


(aaf) Next Article Inflasi Tinggi Masih Menghantui, Rupiah Perkasa di Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular