
Di Eropa, Rupiah Keok di Hadapan 2 Mata Uang Ini...

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -ÌýKursÌýrupiah tak berdaya di hadapan euro dan dolar franc swiss pada perdagangan Senin (4/7/2022). Namun, rupiah berhasil menguat terhadap poundsterling.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:40 WIB, rupiah menguat cukup tajam terhadap poundsterling sebanyak 0,40% ke Rp 18.062,39/GBP.
Namun, rupiah terkoreksi terhadap dolar franc swiss sebanyak 0,19% ke Rp 15.591,45/CHF dan Mata Uang Garuda melemah terhadap euro sebanyak 0,29% ke Rp 15.604,09/EUR.
Fundamentalnya, sentimen di Inggris memang sedang kurang baik. Pasalnya, Inggris dijuluki sebagai The Black Country karena sangat terkenal dengan industrinya yang sangat maju bahkan sering dijadikan kiblat industri bagi negara-negara disekitarnya, kini menghadapi tingkat kepercayaan diri pelaku bisnis yang menurun terhadap prospek ekonomi.
Menurut survei bisnis terbaru dari The British Chambers of Commerce (BCC) bahwa sebanyak 54% dari lebih 5.700 perusahaan di survei pada 16 Mei - 9 Juni mengharapkan pendapatan meningkat selama 12 bulan kedepan yang turun dari 63% pada survei di periode sebelumnya. Angka presentasi tersebut juga menjadi posisi terendah sejak akhir 2020 ketika pandemi Covid-19 menurunkan kepercayaan para pelaku bisnis.
Sementara itu, sebanyak 65% berencana untuk menaikkan harga mereka dalam waktu tiga bulan ke depan. Bahkan, tiga perempat dari total perusahaan tidak berencana untuk meningkatkan investasinya.
"Lampu merah di dashboard ekonomi kami mulai berkedip. Hampir setiap indikator mengalami penurunan sejak survei terakhir kami di bulan Maret," kata Direktur Jenderal BCC Shevaun Haviland.
Data ekonomi yang lemah di tengah potensi resesi global juga ikut memukul mata uang poundsterling.
"Poundsterling menderita dengan latar belakang penghindaran risiko baru pada paruh kedua tahun ini, tidak hanya terhadap dolar AS tetapi sebagian besar secara keseluruhan," Neil Jones, Kepala Lembaga Keuangan Penjualan Valas di Mizuho Bank dikutip dari Reuters.
Terkoreksinya poundsterling memberikan peluang rupiah untuk menguat hari ini.
Sementara itu, di Eropa, Pada Jumat (1/7) Eurostat telah merilis inflasi Juni zona Eropa yang mencapai 8,6% dan lebih tinggi dari rekor sebelumnya pada Mei sebesar 8,1%.
Kenaikan harga energi, makanan, dan jasa, masih menjadi penyebab utama melejitnya inflasi tersebut.
Inflasi pun jauh di atas target ECB di 2%. Kondisi tersebut tampaknya akan memantapkan ECB untuk menaikkan suku bunganya pada bulan ini. Dalam setiap kesempatan, ECB diharapkan meningkatkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25%.
Namun, tidak menutup kemungkinan kenaikan bisa dikerek hingga 50 basis poin atau 0,5% dalam sekali waktu. Hal tersebut akan menjadi kebijakan signifikan setelah ECB menahan suku bunga di level negatif sejak 2014.
Ekspektasi pasar terhadap ECB yang akan menaikkan suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak 8 tahun lalu, membuat mata uang euro menjadi lebih menarik dan akhirnya menekan rupiah.
Selain itu, ketidakpastian global mendorong penguatan mata uang safe haven seperti dolar franc swiss karena investor beralih dari aset berisiko ke aset dengan nilai lindung.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(aaf/aaf) Next Article Tenang! Rupiah Masih Kuat Terhadap Dua Mata Uang di Eropa Ini