²©²ÊÍøÕ¾

Bak Zombie, Ini Sederet Emiten Bakrie yang Dipelototi BEI

Tim Riset, ²©²ÊÍøÕ¾
03 June 2022 13:59
Bakrie Tower (detikFoto/Dikhy Sasra)
Foto: Bakrie Tower (detikFoto/Dikhy Sasra)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Grup Bakrie merupakan salah satu konglomerat bisnis paling terkenal di Indonesia. Sempat mengalami masa jaya di pertengahan tahun 2000-an, tapi saat ini emitennya yang mengalami tantangan operasional bisnis, termasuk di antaranya likuiditas terbatas bahkan ada yang ekuitasnya negatif.

Awal pekan ini, Bursa Efek Indonesia mengumumkan lebih dari 100 saham mendapatkan notasi khusus. Mayoritas emiten Grup Bakrie namanya tercantum dalam daftar tersebut.

Delapan emiten Grup Bakrie yang mendapat notasi khusus bergerak di lintas sektor dengan catatan beragam, termasuk harga rata-rata 6 bulan kurang dari Rp 51/unit, ekuitas negatif dan likuiditas kecil.

Dari sisi likuiditas, tercatat setidaknya tiga emiten Bakrie yang menjadi perhatian otoritas bursa, dua di antanya mengalami defisiensi modal (ekuitas negatif) dan satu lainnya memiliki likuiditas rendah.

Emiten Grup Bakrie dengan kondisi terparah adalah Bakrie Telecom (BTEL). Emiten yang harga sahamnya telah lebih dari 5 tahun parkir di level terendah, memiliki kondisi likuiditas yang mengenaskan.

Laporan keuangan terbaru yang dapat diakses adalah kinerja untuk tiga kuartal pertama tahun lalu, di mana perusahaan tercatat mengalami defisiensi modal Rp 11,38 triliun.

Operasi perusahaan pun berlangsung bak zombie, dengan pendapatan bersih hanya Rp 18,09 miliar dan mengalami kerugian hingga Rp 74,80 miliar.

Kas dan setara kas hanya tercatat sebesar Rp 1,28 miliar, dengan total aset hanya sebesar Rp 20,45 miliar. Uang tunai yang dimiliki perusahaan tercatat sebesar Rp 24 juta, di mana Rp 10 juta dalam bentuk dolar AS. Sedangkan Rp 1,25 miliar setara kas berada di bank.

Utang usaha kepada pihak ketiga tercatat sebesar Rp 413,95 miliar, termasuk di dalamnya kepada Blackberry Singapore Pte Ltd dan Smartfren Telecom (FREN).

Adapun porsi jumbo dari kewajiban perusahaan adalah utang yang diselesaikan melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan nilai mencapai Rp 10,49 triliun.

Apabila kelompok usaha tidak mampu melaksanakan pembayaran porsi utang yang diselesaikan melalui PKPU, maka di tahun 2026 utang pokok sejumlah Rp 9,89 Triliun akan dikonversi menjadi kepemilikan kreditur di saham perusahaan.

Selanjutnya ada Graha Andrasentra Propertindo (JGLE) yang sahamnya telah tidur lelap kurang lebih 4 tahun dan saat ini disebutkan otoritas bursa memiliki likuiditas rendah.

Meskipun ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp 1,93 triliun, jumlah kas dan setara kas terus tergerus dan tersisa Rp 43,57 miliar di akhir kuartal pertama tahun ini. Angka tersebut turun dari Rp 64,01 miliar di akhir tahun lalu.

Sedangkan porsi terbesar dari aset lancar milik perusahaan adalah piutang pihak ketiga yang nilainya Rp 825 miliar dan inventori senilai Rp 124,95 miliar. Meski digolongkan aset lancar likuiditas keduanya jauh lebih rendah dari kas atau setara kas.

Alhasil dalam tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan mencatatkan kas neto negatif dari aktivitas operasi senilai Rp 4,27 miliar.

Kuartal pertama tahun, pendapatan JGLE tercatat sebesar Rp 30,72 miliar dengan kerugian bersih Rp 18,22 miliar.

Terakhir ada emiten yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit, PT  Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), yang hingga akhir tahun lalu masih mengalami defisiensi modal sebesar Rp 6,89 triliun.

Dua pos yang dengan kewajiban terbesar adalah utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun sebesar Rp 7,49 triliun dan beban akrual Rp 4,72 triliun. Porsi terbesar dari beban akrual adalah bunga yang nilainya sebesar Rp 4,59 triliun.

Kewajiban keduanya saja nilainya sudah lebih besar dari total aset perusahaan yang tercatat senilai Rp 8,26 triliun.

Tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat naik 58% menjadi Rp 3,97 triliun dari semula Rp 2,51 triliun di sepanjang tahun 2020. Perusahaan juga berhasil membalikkan keadaan dari semula Rugi Rp 768,30 miliar kini menjadi untung Rp 128,68 miliar.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA


(fsd) Next Article Diam-diam, Investor Ini Kembali Borong Saham Grup Bakrie

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular