Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - DI tengah ketidakpastian perekonomian global, kinerja perbankan Tanah Air masih dalam kondisi prima dengan pendapatan dan laba meningkat tajam.
CreditSights, lembaga riset kredit global yang tergabung dalam Fitch Group dalam laporannya menyebut bahwa kondisi perbankan Indonesia pada semester pertama tahun 2022 "so far, so good."
Bank-bank Indonesia melaporkan hasil yang menggembirakan pada paruh pertama tahun ini, didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) yang lebih tinggi untuk Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan kinerja non-NII yang lebih baik untuk Bank Negara Indonesia (BBNI). Selain itu, momentum kuat di kuartal pertama tahun ini dapat dipertahankan hingga kuartal kedua didukung oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat di tengah melemahnya pendapatan perdagangan/investasi.
Kualitas aset juga terus meningkat pada kuartal II di ketiga bank tersebut dengan pinjaman yang direstrukturisasi akibat COVID dan pinjaman berisiko secara keseluruhan cenderung lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. BBRI dan BBNI menurunkan panduan biaya kredit setahun penuh, sementara panduan Mandiri tetap yang terendah di antara ketiganya.
Pertumbuhan pinjaman wholesale mengalami akselerasi dengan Mandiri maupun BNI mencatat pertumbuhan kredit yang lebih cepat masing-masing sebesar 6% dan 5% di kuartal kedua, sementara di BRI tetap sehat di 3%.
Rasio modal tercatat cenderung lebih tinggi di Mandiri dan BRI tetapi menurun di BNI karena aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang lebih tinggi dan akuisisi Bank Mayora.
"Tetap saja, semua bank di Indonesia tetap memiliki permodalan yang sangat baik, terutama dibandingkan dengan rekan-rekan regional," tulis CreditSights.
Berkaca dari kinerja tersebut CreditSights mempertahankan rekomendasi Market Perform di BBRI dan BMRI dan rekomendasi Underperform di BNI karena alasan relative value.
Bank Mandiri melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar Rp 20,2 triliun, naik 62% secara tahunan (yoy). Perbaikan tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) dan pendapatan fee, serta penurunan provisi. Dibanding kuartal sebelumnya (qtq), laba bersih tumbuh tipis atau hanya 1,5% karena provisi semakin berkurang sementara NII dan pendapatan fee yang lebih tinggi membantu menambal pendapatan perdagangan/investasi yang lebih rendah.
CreditSights menyebut bahwa BMRI telah mengalihkan fokus pertumbuhannya ke kredit mikro, UKM dan konsumer dengan imbal hasil yang lebih tinggi karena imbal hasil pinjaman korporasi masih tetap tertekan di tengah lingkungan yang kompetitif, terutama di antara debitur korporasi kelas atas yang menjadi segmen utama Mandiri.
BMRI juga kian nyaman dengan kualitas aset eksposur CPO karena kredit macet (NPL) di sektor ini tidak pernah melebihi 1% bahkan melalui siklus komoditas yang lalu. Kondisi modal juga masih kuat dengan modal inti dan rasio kecukupan modal naik 20 bps qtq. Selain itu pinjaman naik 6,1% qtq.
BBNI melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar Rp 8,8 triliun, naik 75% yoy didukung oleh provisi yang lebih rendah, pendapatan investasi yang lebih tinggi, dan kinerja moderat di 1H21.
Pendapatan bunga bersih (NII) BBNI hanya tumbuh 1,5% yoy karena kontraksi margin di tengah pertumbuhan pinjaman yang melesat 9%. Margin laba (NIM) BBNI turun 20 bps secara tahunan menjadi 4,7% karena kombinasi dari imbal hasil pinjaman yang lebih rendah dan pergeseran bauran pinjaman di mana bank mulai fokus pada pinjaman korporasi yang secara risiko lebih aman tetapi memberikan imbal hasil yang lebih rendah.
Rasio CET 1 dan Tier 1 konsolidasi BNI turun 59 bps pasca konsolidasi Bank Mayora dan juga karena ATMR yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. BBNI juga telah membatalkan rencana rights issue untuk tahun ini karena manajemen yakin bank memiliki modal yang cukup untuk mendukung pertumbuhan karena peningkatan profitabilitas.
Terakhir BBRI melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar 24,8 triliun, naik hampir dua kali lipat secara tahunan, didorong oleh kinerja topline yang kuat, pendapatan fee yang lebih tinggi serta provisi yang lebih rendah. Laporan keuangan setahun penuh pada 2021 lalu juga disajikan kembali untuk mencerminkan akuisisi Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Pendapatan bunga bersih (NII) naik 18% yoy karena pinjaman tumbuh sebesar 9% dan beban bunga yang jauh lebih rendah. Pendapatan non-NII naik tipis 2% yoy karena pendapatan fee yang lebih tinggi membantu menambal pelemahan dari hasil pendapatan perdagangan/investasi yang lebih rendah.
Posisi permodalan BRI meningkat di Q2 dengan rasio CET 1 dan CAR naik 50 bps qtq masing-masing menjadi 24,1% dan 25,1%. Posisi permodalan yang solid memberi BBRI kenyamanan yang cukup atas kapasitas penyerapan kerugian bank.
Posisi likuiditas BRI semakin ketat pasca konsolidasi Pegadaian dan PNM dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) 97% pada akhir Juni, naik dari 92% pada akhir tahun lalu.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA