
Fitch Sebut Kondisi Bank RI, So Far So Good!

Bank Mandiri melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar Rp 20,2 triliun, naik 62% secara tahunan (yoy). Perbaikan tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) dan pendapatan fee, serta penurunan provisi. Dibanding kuartal sebelumnya (qtq), laba bersih tumbuh tipis atau hanya 1,5% karena provisi semakin berkurang sementara NII dan pendapatan fee yang lebih tinggi membantu menambal pendapatan perdagangan/investasi yang lebih rendah.
CreditSights menyebut bahwa BMRI telah mengalihkan fokus pertumbuhannya ke kredit mikro, UKM dan konsumer dengan imbal hasil yang lebih tinggi karena imbal hasil pinjaman korporasi masih tetap tertekan di tengah lingkungan yang kompetitif, terutama di antara debitur korporasi kelas atas yang menjadi segmen utama Mandiri.
BMRI juga kian nyaman dengan kualitas aset eksposur CPO karena kredit macet (NPL) di sektor ini tidak pernah melebihi 1% bahkan melalui siklus komoditas yang lalu. Kondisi modal juga masih kuat dengan modal inti dan rasio kecukupan modal naik 20 bps qtq. Selain itu pinjaman naik 6,1% qtq.
BBNI melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar Rp 8,8 triliun, naik 75% yoy didukung oleh provisi yang lebih rendah, pendapatan investasi yang lebih tinggi, dan kinerja moderat di 1H21.
Pendapatan bunga bersih (NII) BBNI hanya tumbuh 1,5% yoy karena kontraksi margin di tengah pertumbuhan pinjaman yang melesat 9%. Margin laba (NIM) BBNI turun 20 bps secara tahunan menjadi 4,7% karena kombinasi dari imbal hasil pinjaman yang lebih rendah dan pergeseran bauran pinjaman di mana bank mulai fokus pada pinjaman korporasi yang secara risiko lebih aman tetapi memberikan imbal hasil yang lebih rendah.
Rasio CET 1 dan Tier 1 konsolidasi BNI turun 59 bps pasca konsolidasi Bank Mayora dan juga karena ATMR yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. BBNI juga telah membatalkan rencana rights issue untuk tahun ini karena manajemen yakin bank memiliki modal yang cukup untuk mendukung pertumbuhan karena peningkatan profitabilitas.
Terakhir BBRI melaporkan laba bersih tengah tahun sebesar 24,8 triliun, naik hampir dua kali lipat secara tahunan, didorong oleh kinerja topline yang kuat, pendapatan fee yang lebih tinggi serta provisi yang lebih rendah. Laporan keuangan setahun penuh pada 2021 lalu juga disajikan kembali untuk mencerminkan akuisisi Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Pendapatan bunga bersih (NII) naik 18% yoy karena pinjaman tumbuh sebesar 9% dan beban bunga yang jauh lebih rendah. Pendapatan non-NII naik tipis 2% yoy karena pendapatan fee yang lebih tinggi membantu menambal pelemahan dari hasil pendapatan perdagangan/investasi yang lebih rendah.
Posisi permodalan BRI meningkat di Q2 dengan rasio CET 1 dan CAR naik 50 bps qtq masing-masing menjadi 24,1% dan 25,1%. Posisi permodalan yang solid memberi BBRI kenyamanan yang cukup atas kapasitas penyerapan kerugian bank.
Posisi likuiditas BRI semakin ketat pasca konsolidasi Pegadaian dan PNM dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) 97% pada akhir Juni, naik dari 92% pada akhir tahun lalu.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(fsd/fsd)