
Minyak Mentah Turun, RI Kok Sibuk Naikkin Harga BBM?

Terkoreksinya harga minyak mentah dunia memang telah berlangsung hampir dua bulan, tapi angka tersebut masih jauh dari target subsidi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022, di mana asumsi rata-rata harga minyak Indonesia/ICP sebesar sebesar US$ 63/barel dan nilai tukar rupiah Rp 14.350/US$.
Namun, jika melihat data dari Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), rata-rata ICP Juli 2022 sebesar US$ 106,73/barel. Artinya, ada kesenjangan harga yang harus dibayar oleh pemerintah guna mempertahankan harga BBM dalam negeri.
Selain itu, rupiah juga mengalami pelemahan dan berada stabil di level Rp 14.800/US$ pada pekan ini. Seperti diketahui, minyak mentah diperdagangkan menggunakan dolar AS. Sehingga ketika dolar AS menguat, maka harga minyak mentah pun akan lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lain.
Tahun ini, pemerintah telah menganggarkan subsidi energi sebesar Rp502,4 triliun. Namun, jumlah subsidi dan kompensasi ini diperkirakan akan habis pada Oktober ini dan bisa tembus di atas Rp698 triliun pada akhir tahun. Alhasil, ini akan menjadi beban dalam APBN 2023
"Jadi tahun ini subsidi dan kompensasi Rp 502,4 triliun bahkan kemungkinan akan melonjak di atas Rp 690 triliun. Ini adalah kenaikan yang sungguh dramatis," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (30/8/2022).
Bengkaknya subsidi BBM, membuat pemerintah Indonesia tidak memiliki opsi lain, selain menaikkan harga BBM subsidi termasuk Petralite dan Solar. Jika tidak dilakukan segera, anggaran subsidi dan kompensasi energi akan bertambah sehingga pada akhirnya menekan APBN.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(aaf/aaf)