²©²ÊÍøÕ¾

Tak Banyak yang Tahu, Begini Awal Kisah Kesuksesan Indomie

Romys Binekasri, ²©²ÊÍøÕ¾
11 February 2023 09:30
Penjualan mie instan di warkop kawasan Radio Dalam, Jakarta, Rabu (10/8/2022). (²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjualan mi instan di warkop kawasan Radio Dalam, Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indomie menjadi merek makanan papan yang memiliki jejak perjalanan panjang di pasar Indonesia, bahkan dunia. Cita rasa khas membuat lidah banyak orang jatuh cinta. Bahkan, pada tahun 2020 Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbanyak di dunia.

Indomie saat ini menjadi identitas bagi mie instan. Itu lah sebabnya, apapun merek mie instan kebanyakan orang menyebutnya dengan kata Indomie. Mi instan yang kini diproduksi PT Indodood CBP Sukses Makmur ini kini sudah berusia setengah abad.

Bahkan, Indomie hadir di setiap daftar bawaan, termasuk berkemah hingga traveling ke luar negeri. Saat ada bencana alam, Indomie nyaris menjadi makanan wajib dalam kondisi darurat.

Sejarah Indomie

Sosok Djajadi Djaja dkk menjadi awal sejarah perjalanan Indomie. Sejak 1959, dia mulai berbisnis. Bersama kawan-kawan SMA-nya dia membangun sebuah firma bernama Fa. Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International. Buku Kontribusi Dunia Bisnis Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka (1995) menyebut mereka eksis sejak 1964. Geng pengusaha ini juga pernah berbisnis rokok luar negeri.

Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie.

Liem Sioe Liong, yang berbisnis tepung terigu juga ikut berbisnis mi instan.

Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016:301) menyebut Liem mulanya berbisnis mi instan dengan merek Sarimie lewat PT Sarimi Asli Jaya. Kala itu Supermie produksi PT Lima Satu Sankyu juga eksis. Sarimie sudah ada sejak 1968.

Liem juga mendekati Indomie. Dia kemudian bergabung dengan Djajadi dalam produksi Indomie.

Setelah Liem bergabung, PT Indofood Eterna berdiri pada 1984. Perusahaan patungan itu dipimpin oleh Hendy Rusli. Setelah Indomie dan Sarimie bersatu, maka Supermie pun bergabung.

Liem Sioe Liong yang kuat dalam berbisnis membuat produk-produk itu menjadi kuat di pasaran Indonesia. Produk-produk mi instan yang terinspirasi dengan mie instan Jepang itu muncul di waktu yang tepat.

Setelah pabrik-pabrik mi tadi lahir, sebuah ancaman pangan terbaca oleh sebagian pihak karena kelangkaan beras. Pemerintah Indonesia pada 1978 mengucurkan dana US$ 600 Juta untuk impor beras dan para abdi negara bahkan akan dapat jatah mi instan.

Setelah masa sulit itu berlalu pelan-pelan mi instan makin banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Indomie buatan Indonesia bahkan menjadi komoditas ekspor ke Afrika dan negara lainnya.

Alasan Orang RI Lebih Pilih Makan Mi Instan

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) Ratna Sari Loppies mengatakan, harga beras saat ini naik terus bisa saja memicu kenaikan konsumsi mi instan di Indonesia. Terutama oleh kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

"Bisa saja. Ekonomi dunia menurun dan orang-orang berhemat. Beli nasi putih sepiring di warung katakanlah Rp 5.000, belum ada lauknya. Sedangkan mi instan, sekarang berapa harganya, tinggal seduh, makan," kata Ratna kepada ²©²ÊÍøÕ¾ dikutip Sabtu (11/2/2023).

"Dan selama ini mengalir aja. Katanya jangan makan mi, tetap saja orang-orang makan mi. Nggak ada tuh yang bergelimpangan," tambahnya.

Yang penting, imbuh dia, meski 100% gandum untuk tepung terigu yang digunakan memproduksi mi instan adalah impor, komponennya hanya kecil dalam satu bungkus mi instan.

"Kalau kita bicara konten lokal, mulai dari minyak sayuran, kemasan, tenaga kerja. Jadi harus dilihat menyeluruh," kata Ratna.


(hsy/hsy) Next Article Diinjak-injak Warga Israel, di Indonesia Indomie Laku Rp 50 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular