²©²ÊÍøÕ¾

Menanti Data Tenaga Kerja AS, Bursa Asia Hijau Royo-royo

Tasya Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
02 June 2023 16:56
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mayoritas bursa saham Asia ditutup kompak di zona hijau pada perdagangan Jumat (2/6/2023). Secara harian, Indeks Hang Seng Hongkong melonjak paling tinggi sebesar 4,02% menjadi 18.949,94. Disusul, Topix Jepang Index yang naik 1,55% menjadi 2182,70 dan Indeks Nikkei 225 melonjak 1,21% menjadi 31.524,22.

Kemudian, ada KOSPI Korea Selatan menguat 1,25% menjadi 2601,36 dan Shanghai Composite berhasil naik 0,79% menjadi 3230,07. Adapun Indeks ASX 200 Australia meningkat 0,48% menjadi 7.145,10.

Sementara untuk, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) indonesia dan indeks Straits Times Singapura hari ini tidak ada pergerakan karena ada peringatan hari raya Waisak.

Penguatan bursa Asia Ini seiring Amerika Serikat (AS) kemungkinan besar lepas dari "malapetaka" ekonomi. Kenaikan pagu utang kini tinggal menanti persetujuan dari Senat, DPR AS sudah lebih dulu menyetujuinya.

Sebelumnya, negosiasi mengenai kenaikan batas utang Amerika Serikat yang seringkali buntu telah membawa sentimen buruk ke pasar. Hal ini dapat dimengerti, karena jika batas utang tidak dinaikkan, Amerika Serikat berisiko mengalami kebangkrutan atau gagal membayar utang (default) untuk pertama kalinya dalam sejarah modern.

Saat ini, dengan kenaikan batas utang tinggal menunggu waktu, risiko besar tersebut dapat dihindari, dan ini tentunya disambut baik oleh pelaku pasar.

Selain itu, pasar kini mengalihkan perhatian pada rilis data job report AS atau non farm payroll nanti malam (2/6/2023) yang diprediksi bisa turun ke 190.000 pekerjaan pada periode Mei 2023, dari sebelumnya 253.000 pekerjaan.

Data ini menjadi yang terakhir dinanti sebelum rapat FOMC the Fed pada pertengahan Juni mendatang. Bila data job report sesuai dengan ekspektasi maka potensi the Fed akan melonggarkan kebijakan nya bisa lebih cepat terjadi.

Hal tersebut tentu akan membuat pasar saham menjadi lebih bergairah ke depan. Akan tetapi, pelaku pasar juga perlu mewaspadai kondisi pasar China yang terbilang masih lesu akibat sektor manufaktur China yang mengalami kontraksi.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
[email protected]Ìý


(tsn/tsn) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular