
Sentimen Kembali Memburuk, Mayoritas Bursa Asia Dibuka Lesu

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (9/8/2023), jelang rilis data inflasi China periode Juli 2023.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,05%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,52%, dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,32%.
Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia naik 0,14% dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,98%.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Kebangsaan (Hari Kemerdekaan).
Dari China, data inflasi periode Juli 2023 akan dirilis pada hari ini. Pasar dalam survei Reuters memperkirakan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) secara tahunan (year-on-year/yoy)pada bulan lalu akan melandai ke zona minus 0,4%, artinya mereka memprediksi CPI China mengalami deflasi.
Sedangkan secara bulanan (month-to-monthmtm), CPI Negeri Panda pada bulan lalu diprediksi sedikit membaik menjadi minus 0,1%, masih mengalami deflasi.
Adapun untuk inflasi berdasarkan producer price index (PPI) China pada bulan lalu juga diprediksi masih mengalami deflasi namun cenderung membaik yakni minus 4,1% (yoy).
Deflasi di China akan menjadi kabar buruk dunia mengingat hal itu menjadi sinyal semakin melambatnya ekonomi Negeri Panda. Artinya, sumbangan China ke ekonomi global pun bisa semakin tergerus.
Jika China masih mengalami deflasi, maka hal ini menambah deretan kabar buruk dari China. Sebelumnya kemarin, ekspor dan impor China secara bersamaan terkoreksi secara tahunan.
Ekspor China terkoreksi 14,5% (yoy) ke level terendah dalam lima bulan terakhir sebesar US$ 281,76 miliar.
Sedangkan dari sisi impor, terjadi koreksi yang sangat drastis sebesar 12,4% (yoy) sebesar US$ 201,16 miliar. Angka ini lebih rendah daripada periode sebelumnya yang juga turun sebesar 6,8% (yoy). Penurunan impor ini terjadi karena permintaan domestik yang memburuk.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah terjadi di tengah koreksi bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,45%, S&P 500 terkoreksi 0,42%, dan Nasdaq Composite merosot 0,79%.
Aksi jual di Wall Street terjadi setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Moody's menurunkan peringkat beberapa bank regional di AS dan membuat sentimen pasar kembali memburuk
Beberapa pelaku pasar khawatir sinyal tersebut dapat menyebabkan lebih banyak masalah bagi pasar AS di masa depan, tetapi yang lain mengatakan mundurnya diharapkan mengingat reli luar biasa dalam ekuitas tahun ini.
Moody's terpantau menurunkan peringkat kredit beberapa bank di AS, Senin lalu. Lembaga tersebut juga memperingatkan tengah meninjau status beberapa pemberi pinjaman terbesar AS lain.
Moody's juga memperingatkan bahwa kekuatan kredit sektor itu kemungkinan akan diuji oleh risiko pendanaan dan profitabilitas yang lebih lemah.
Mengutip Reuters, Moody's memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.
Ada enam raksasa perbankan masuk dalam peninjauan. Termasuk Bank of New York Mellon, US Bancorp, State Street dan Truist Financial.
"Banyak hasil kuartal kedua bank menunjukkan meningkatnya tekanan yang akan mengurangi kemampuan mereka untuk menghasilkan modal internal," kata Moody's dalam sebuah catatan.
Di sisi lain Moody's juga mengubah pandangannya menjadi negatif ke 11 pemberi pijaman utama di AS. Secara keseluruhan, lembaga itu mengubah penilaian untuk 27 bank di sektor tersebut.
Kurang baiknya perekonomian AS disinyalir menjadi penyebab Moody's memutuskan untuk menurunkan rating perbankan AS. Pasalnya, ketegangan sektor perbankan dan risiko yang ditimbulkan oleh real estate komersial menyebabkan kondisi keuangan yang lebih ketat.
Sebelumnya, bank AS mendapat guncangan besar setelah runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank awal tahun ini.
Hal itu memicu krisis kepercayaan di sektor perbankan AS dan membuat menyusutnya simpanan di sejumlah bank regional, meskipun otoritas sudah meluncurkan langkah-langkah darurat untuk menopang kepercayaan.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(chd/chd) Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
