- IHSGÌýmelemah dan rupiaÌýterpuruk pada perdagangan kemarin. Imbal hasil SBNÌýmasih stagnan
- Wall Street juga berakhir di zona merah menyusul pengumuman Moody's
- Pemangkasan rating oleh Moodiy'sÌýdan melemahnya ekonomi China terhadap bank-bank AS bisa membuat laju IHSGÌýterpuruk
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas terpuruk pada perdagangan kemarin, hari Selasa (8/8/2023). Mata uang rupiah merana,Ìýbursa saham erkoreksi tipis, dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) stagnan.
Pelemahan terjadi seiring hujan sentimen buruk dari penurunan rating Moody's, neraca perdagangan China dan AS yang memburuk, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun.
Selain itu, pasar juga akan dihadapkan dengan kabar penting hari ini yaitu rilis data inflasi raksasa ekonomi dunia, China. Kabar tersebut akan menjadi faktor penggerak pasar hari ini.
Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah tipis 0,25% ke posisi 6.868,81. IHSG hanya perlu 32 basis poin untuk menembus level psikologis 6.900.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan terakhir terbilang sepi yakni hanya mencapai sekitar Rp8,9 triliun, dengan melibatkan 21,61 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali.
Sebanyak 246 saham terapresiasi, 274 saham terdepresiasi, dan 324 saham lainnya stagnan.ÌýÌýMeski IHSG terkoreksi, investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 265,77 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.
Secara sektoral, sektor keuangan menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan kemarin, yakni turun 0,47%.
Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin, tiga saham bank raksasa secara berurutan menjadi laggard terbesar IHSG, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar -8,14 indeks poin. Bank lainnya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar -4,99 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar -1,44 indeks poin.
Sedangkan, bursa Asia-Pasifik pada perdagangan kemarin bergerak beragam. Indeks Shanghai SSEC, Hang Seng HK50, PSEi Filipina, KOSPI Korea Selatan (KS11), SET Thailand tertekan di zona merah.
Nikkei Jepang, KLSE Malaysia, STI Index Singapore, Taiwan TWII menguat di bawah 1%, dengan penguatan 0,27%, 0,36%, 0,12, dan 0,90%.
Tidak hanya pasar modal dalam negeri yang melemah, mata uang rupiah kembali tertekan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,23% terhadap dolar AS ke Rp15.215/US$1.
Kemerosotan rupiah terjadi pada penutupan perdagangan hari ini setelah rilis data ekonomi China yang kurang memuaskan.
China merilis data neraca dagang yang mengalami kenaikan menjadi US$ 80,6 miliar atau lebih dari ekspektasi pasar US$ 70,6 miliar. Angka ini sekitar US$ 10 miliar lebih besar jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang berada di angka US$ 70,62 miliar.
Namun, Ekspor dan impor China secara bersamaanÌýterkoreksi secara tahunan. Ekspor ChinaÌýterkoreksi 14,5% (year on year/yoy) ke level terendah dalam lima bulan terakhir sebesar US$ 281,76 miliar. Ekspor ke negara-negara di ASEAN pun mengalami penurunan sebesar 21,4%.
Sedangkan dari sisi impor, terjadi koreksi yang sangat drastis sebesar 12,4% yoy sebesar US$ 201,16 miliar. Angka ini lebih rendah daripada periode sebelumnya yang juga turun sebesar 6,8% yoy. Penurunan impor ini terjadi karena permintaan domestik yang memburuk.
Kondisi ekspor-impor China yang mengalami kemunduran ini tidak baik bagi Indonesia sebab China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia. Dampaknya yakni potensi terjadinya kemerosotan nilai ekspor Indonesia ke China karena permintaan China yang memburuk.
Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan penutupan pekan lalu harganya melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau stagnan, tetap berada di 6,380% kemarin (8/8/2023).
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.
Beralih ke bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berbalik arah pada penutupan melanjutkan pelemahan pekan lalu pada perdagangan Selasa (8/8/2023). Koreksi terjadi di tengah sentimen negatif penurunan peringkat kredit pada beberapa bank berdasarkan rating Moody's.
Seluruh indeks bursa AS menunjukkan pelemahan dengan penurunan tertinggi dari indeks Nasdaq, DJIA, dan S&P 500.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,45% ke posisi 35.314,49. Indeks Nasdaq jatuh 0,79% ke posisi 13.884,32 dan indeks S&P; 500 turun 0,42% ke posisi4.499,38.
Aksi jual terjadi setelah Moody's menurunkan peringkat beberapa bank regional mengurangi sentimen investor pada Selasa.
Beberapa pelaku pasar khawatir sinyal tersebut dapat menyebabkan lebih banyak masalah bagi pasar di masa depan, tetapi yang lain mengatakan mundurnya diharapkan mengingat reli luar biasa dalam ekuitas tahun ini.
Rivian Automotive merosot 2,5% bahkan setelah pembuat mobil listrik itu mengalahkan ekspektasi kinerja kuartal kedua dari topline hingga bottomline. Penn Entertainment melonjak 22% setelah perusahaan kasino mengatakan akan meluncurkan sportsbook online dengan ESPN, yang disebut Taruhan ESPN, musim gugur ini.
Kembali ke Sentimen negatif utama, Moody's terpantau menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat (AS) hari Senin (9/8/2023). Lembaga tersebut juga memperingatkan tengah meninjau status beberapa pemberi pinjaman terbesar AS lain. Moodys memperingatkan bahwa kekuatan kredit sektor itu kemungkinan akan diuji oleh risiko pendanaan dan profitabilitas yang lebih lemah.
Mengutip Reuters, Moody's memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.
Ada enam raksasa perbankan masuk dalam peninjauan. Termasuk Bank of New York Mellon, US Bancorp, State Street dan Truist Financial.
"Banyak hasil kuartal kedua bank menunjukkan meningkatnya tekanan yang akan mengurangi kemampuan mereka untuk menghasilkan modal internal," kata Moody's dalam sebuah catatan.
"Ini terjadi karena resesi ringan AS akan segera terjadi pada awal 2024 dan kualitas aset tampaknya akan menurun," jelasnya lembaga itu lagi.
Moody's juga menyinggung risiko tertentu dalam portofolio real estat komersial (CRE) beberapa bank sebagai faktor lain. Peringatan CRE merujuk ke situasi terkini di mana ada risiko utama karena suku bunga yang tinggi, penurunan permintaan kantor akibat pekerjaan jarak jauh, dan penurunan ketersediaan kredit CRE sendiri.
Di sisi lain Moody's juga mengubah pandanganya menjadi negatif ke 11 pemberi pijaman utama di AS. Secara keseluruhan, lembaga itu mengubah penilaian untuk 27 bank di sektor tersebut.
Pasar pada awal pekan ini kedatangan kabar kurang positif dengan sikap Moody's memangkas rating kredit perbankan. Sentimen negatif juga datang dari perlambatan neraca dagang dua raksasa ekonomi. Kabar kurang baik juga datang dari dalam negeri dengan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang terkoreksi.
Berbagai sentimen positif dan negatif membuat pasar keuangan dalam negeri terpantau sedang mencari arah dan relatif tertekan dengan IHSG terkoreksi tipis, rupiah melemah, dan SBN stagnan.
Data ekonomi AS dan China masih akan mempengaruhi pasar keuangan Indonesia hari ini. ChinaÌýakan mengumumkan data inflasi untuk JuliÌý pada hari ini sedangkan AS akan rilis inflasi pada Kamis (10/8).
Indeks Harga Konsumen (IHK) China diproyeksi akan mengalami deflasi pada Juli. Jika ekspektasi pelaku pasar benar maka itu akan menjadi deflasi pertamaÌýsejak 2021.Ìý Deflasi di China akan menjadi kabar buruk dunia mengingat hal itu menjadi sinyal semakinÌý melambatnya ekonomi Tiongkok.
Artinya, sumbangan China ke ekonomi global pun bisa semakin tergerus,
Moody'sÌý menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat (AS) hari Senin (9/8/2023).
Lembaga tersebut juga memperingatkan tengah meninjau status beberapa pemberi pinjaman terbesar AS lain. Moodys memperingatkan bahwa kekuatan kredit sektor itu kemungkinan akan diuji oleh risiko pendanaan dan profitabilitas yang lebih lemah.
Mengutip Reuters, Moody's memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.
Ada enam raksasa perbankan masuk dalam peninjauan. Termasuk Bank of New York Mellon, US Bancorp, State Street dan Truist Financial.
"Banyak hasil kuartal kedua bank menunjukkan meningkatnya tekanan yang akan mengurangi kemampuan mereka untuk menghasilkan modal internal," kata Moody's dalam sebuah catatan.
"Ini terjadi karena resesi ringan AS akan segera terjadi pada awal 2024 dan kualitas aset tampaknya akan menurun," jelasnya lembaga itu lagi.
Moody's juga menyinggung risiko tertentu dalam portofolio real estat komersial (CRE) beberapa bank sebagai faktor lain. Peringatan CRE merujuk ke situasi terkini di mana ada risiko utama karena suku bunga yang tinggi, penurunan permintaan kantor akibat pekerjaan jarak jauh, dan penurunan ketersediaan kredit CRE sendiri.
Di sisi lain Moody's juga mengubah pandanganya menjadi negatif ke 11 pemberi pijnaman utama di AS. Secara keseluruhan, lembaga itu mengubah penilaian untuk 27 bank di sektor tersebut.
Kurang baiknya perekonomian AS disinyalir menjadi penyebab keputusan Moody's menurunkan rating perbankan AS. Pasalnya, ketegangan sektor perbankan dan risiko yang ditimbulkan oleh real estat komersial menyebabkan kondisi keuangan yang lebih ketat.
Sebelumnya, bank AS mendapat guncangan besar setelah runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank awal tahun ini. Hal itu memicu krisis kepercayaan di sektor perbankan AS dan membuat menyusutnya simpanan di sejumlah bank regional , meskipun otoritas sudah meluncurkan langkah-langkah darurat untuk menopang kepercayaan
Sementara itu, bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menunjukkan data survei bagaimana standar kredit diperketat di bank AS. Permintaan pinjaman juga melemah baik untuk bisnis maupun konsumen.
Analis Morgan Stanley mengatakan permintaan pinjaman kemungkinan akan terus melemah. Di sisi lain, pekan lalu, lembaga pemeringkat Fitch telah menurunkan peringkat surat utang AS satu tingkat menjadi AA+ karena penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan dan negosiasi plafon utang yang kerap mandek degan parlemen.
Kabar buruk juga datang dari rilis neraca dagang dan ekspor impor dari China dan Amerika Serikat. Dimulai dari China, hasil rilis data ekspor-impor China di bawah ekspektasi pasar. Anjloknya angka tersebut ikut berdampak bagi Indonesia yang menggantungkan mayoritas perdagangannya ke China.
China mengumumkan nilai ekspor yang anjlok lebih lanjut pada Juli, jatuh pada laju tercepat sejak Februari 2020 dan menambah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.
Ekspor ChinaÌýterkoreksi 14,5% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 281,76 miliar. Penurunan tersebut lebih cepat dibandingkan dengan penurunan 12,4% pada Juni.
Sementara itu, impor terkoreksi 12,4% pada Juli dari tahun sebelumnya menjadi US$ 201,16 miliar. Koreksi impor lebih kecil dibandingkan 6,8% pada Juni. Artinya, impor terkoreksi hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode Juni.
Sebagai negara dengan tujuan ekspor terbesar Indonesia dan merupakan negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS), maka hasil rilis data China akan sangat mempengaruhi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Pada tahun 2022, Indonesia merupakan negara ASEAN dengan nilai ekspor tertinggi ke China yakni sebesar US$ 65,84 miliar. Angka ini tumbuh sebesar 28,9% yoy jika dibandingkan2021.
Sedangkan dari sisi impor di tahun 2022, Indonesia merupakan negara ASEAN dengan nilai impor dari China tertinggi kedua setelah Thailand yakni sebesar US$ 67,7 miliar atau melonjak 32,2% yoy jika dibandingkan 2021.
Neraca Perdagangan Indonesia-China bahkan sejak 2013 mengalami defisit yang artinya nilai impor lebih besar daripada ekspor. Meskipun begitu, terdapat perbaikan defisit neraca dagang Indonesia-China khususnya dari periode 2020 hingga 2022.
Pada 2020, defisit neraca dagang Indonesia-China sebesar US$ 7,85 miliar lalu berkurang menjadi US$ 2,46 miliar pada 2021 dan pada 2022 kembali berkurang menjadi US$ 1,88 miliar.
Kementerian Perdagangan mencatat bahwa pada periode Januari-Juni 2023, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan China yakni sebesar US$ 838,7 juta. Hal ini berkebalikan dengan periode yang sama pada 2022 yang mengalami defisit sebesar US$ 3,38 miliar.
Kabar buruk juga datang dari neraca perdagangan AS yang menunjukkan mengecilnya defisit neraca perdagangan menjadi US 65,5 miliar. Sayangnya, penurunan nilai defisit juga diikuti oleh impor dan ekspor yang melemah.
Impor turun 1% menjadi $313 miliar, level terendah sejak November 2021, ekspor turun tipis 0,1% menjadi $247,5 miliar, terendah sejak Maret tahun lalu.
Hal ini akan berpotensi buruk untuk perekonomian dalam negeri, mengingat AS merupakan tujuan ekspor nomor dua Indonesia.
Selain itu, keyakinan konsumen Indonesia (IKK) turun ke level terendah dalam empat bulan sebesar 123,5 pada Juli 2023 dari 127,1 pada bulan sebelumnya, dengan seluruh sub-indeks turun.
Asesmen rumah tangga melemah terhadap prospek ekonomi negara (turun 4,3 poin menjadi 133,2) dan kondisi ekonomi saat ini (turun 3,0 poin menjadi 113,8).
Selain itu, ketersediaan pekerjaan turun (sebesar 4,6 poin menjadi 113,0), begitu pula ketersediaan pekerjaan dibandingkan dengan enam bulan lalu (sebesar 5,8 poin menjadi 129,8), pendapatan saat ini (sebesar 5,4 poin menjadi 119,7), dan ekspektasi pendapatan untuk enam bulan ke depan. lebih rendah (sebesar 5,1 poin menjadi 133,6).
Penurunan IKK akan berdampak buruk untuk perekonomian domestik sebab akan terjadi penurunan konsumsi dari konsumen yang mana tingkat konsumsi merupakan penopang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Hal ini berpotensi mengancam PDB domestik tidak lagi mampu bertumbuh di atas 5%.
Penurunan PDB ke depan akan berdampak buruk untuk pasar keuangan sebab merupakan indikasi kinerja keuangan perusahaan juga memburuk.
Di sisi lain, pasar yang bersifat forward looking akan juga kecipratan manfaatnya dengan ekspektasi akan adanya pelonggaran keuangan seiring perekonomian yang buruk.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- PelantikanÌýAnggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Periode 2023-2028 (09:30 WIB)
- Rilis data inflasi China periode Juli 2023 (08:30 WIB),
- Rilis data stok minyak AS Energy Information Administration (EIA) periode Juli 2023 (09:30 WIB),
- Rilis data inflasi Rusia periode Juli 2023 (23:00 WIB),
- Rilis laporan BI survei penjualan eceran Juni 2023
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Seremoni pencatatan perdana saham PT Multiagung Lestari, PT Humpuss Maritim Internasional, PT Lupromax Maritim International di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
- Exercise end waran PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN),
- Exercise start waran PT Vastland Indonesia Tbk (KLIN),
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2023 YoY) | 5,17% |
Inflasi (Juli 2023 YoY) | 3,08% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2023) | 5,75% |
Surplus Anggaran (APBN Juni 2023) | 0,7% PDB |
Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY) | 0,9% PDB |
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY) | US$ 6,5 miliar |
Cadangan Devisa (Juli 2023) | US$ 137,7 miliar |
Ìý