
Pengumuman! Harga Minyak Tergelincir Lagi, Ini Biang Keroknya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga minyak kembali tergelincir setelah data AS menunjukkan adanya pelemahan sentimen konsumen.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Jumat lalu (14/6/2024), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut 0,22% menjadi US$ 78,45 per barel. Untuk jenis Brent terkoreksi 0,16% ke posisi US$ 82,62 per barel. Depresiasi pada akhir pekan lalu kemudian mengakhiri reli selama empat hari berturut-turut.
Beralih pada pergerakan pagi ini, Senin (17/6/2024) hingga pukul 10.15 WIB, harga minyak mentah WTI masih terkoreksi 0,18% menuju US$ 78,31 per barel. Sedangkan Brent merosot 0,30% menjadi 82,37 per barel.
Koreksi harga minyak mentah nampaknya merespon indeks dolar AS yang masih terpantau kuat. Setelah bank sentral AS atau the Fed memutuskan kembali menahan suku bunga dan memberikan revisi dot plot perkiraan pemangkasan pertama suku bunga hanya terjadi di akhir tahun, DXY kembali menguat dan masih bertahan di atas 105.
Pasar menilai jika dolar tetap kuat, maka harga beli minyak seakan mahal untuk mata uang negara lainnya, terutama emerging market. Oleh karena itu, prospek permintaan turun yang membuat harga minyak terdepresiasi.
Prospek penurunan dari sisi permintaan ini juga seiring dengan melemahnya sentimen konsumen AS dan data ekonomi Tiongkok yang beragam. Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam tujuh bulan pada bulan Juni, di tengah kekhawatiran mengenai keuangan pribadi dan inflasi.
Di China, data terbaru menunjukkan produksi industri dan investasi aset tetap meningkat, namun masih belum sesuai perkiraan pada bulan Mei, sementara untuk penjualan ritel-nya berhasil melampaui perkiraan.
Sebagai catatan pada pekan lalu, harga minyak sudah naik hampir 4% di tengah membaiknya prospek permintaan global, sementara kebijakan produksi OPEC saat ini tetap mendukung pasar.
Meskipun mereka masih mengumumkan bahwa mereka dapat mulai menghentikan pemotongan sukarela secara bertahap mulai bulan Oktober, kelompok produsen minyak tersebut masih menekankan bahwa mereka akan memaksa anggota yang tidak patuh untuk mengurangi produksi dalam beberapa bulan mendatang.
(tsn/tsn) Next Article Tensi Geopolitik Timur Tengah Turun, Harga Minyak Bergerak Variatif