²©²ÊÍøÕ¾

Meski Dolar Turun ke Rp16.390/US$, Dana Asing Masih Deras Keluar

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
24 June 2024 15:12
Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah dana investor asing yang menguap dari pasar keuangan Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,3% di angka Rp16.390/US$ pada hari ini, Senin (24/6/2024). Rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.470/US$.

Sementara DXY pada pukul 15:00 WIB turun ke angka 105,67 atau sebesar 0,12. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di angka 105,79.

Pekan lalu tepatnya pada data transaksi 19-20 Juni 2024, BI mencatat bahwa investor asing tercatat jual neto Rp0,78 triliun terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 20 Jun 2024, investor asing tercatat jual neto Rp42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.

Catatan keluarnya investor asing ini mematahkan tren net foreign inflow selama enam pekan beruntun yang telah terjadi sejak pekan pertama Mei 2024.

Keluarnya dana asing ini memberikan tekanan bagi rupiah yang hingga saat ini tak kunjung mereda.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menegaskan, permasalahan faktor fundamental yang menekan rupiah yakni bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih harus dipenuhi dengan impor. Hal ini membuat kebutuhan dolar pun tentu masih sangat tinggi untuk membeli produk asing tersebut.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan pelemahan rupiahtidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal. Ada masalah di dalam negeri yang turut memberikan tekanan saat rapat kerja dengan Komisi XI, DPR RI, Jakarta, Senin (24/6/2024)

"Selain faktor ketidakpastian global, mengenai suku bunga acuan AS dan ketegangan geopolitik, ada beberapa faktor domestik yang memberikan pengaruh terhadap rupiah," ungkapnya.

Pertama kata Perry adalah tingginya permintaan korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang. Kedua adalah persepsi masalah kesinambungan fiskal.

"Persepsi belum tentu bener, masalah kesinambungan fiskal ke depan. Itu kemudian menimbulkan persepsi di pasar dan sejumlah investor yang kemudian menyebabkan kenapa SBN Mei masuk Rp16,21 triliun, dan Juni kembali outflow Rp3,4 triliun," paparnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa tekanan terhadap rupiah beberapa hari terakhir sebetulnya disebabkan oleh faktor global, seperti kuatnya perekonomian AS yang menyebabkan bank sentralnya diduga banyak pelaku pasar masih akan sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate. Selain itu, ada perbedaan arah suku bunga negara-negara maju karena bank sentral Eropa kini malah menurunkan suku bunga acuannya.

²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH


(ras/ras) Next Article Jelang RDG BI Rupiah Dibuka Menguat Tipis ke Rp 16.370/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular