²©²ÊÍøÕ¾

Ketidakpastian Global Bikin Waswas, Dolar AS Turun ke Rp16.365

rev, ²©²ÊÍøÕ¾
03 July 2024 15:18
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai kekhawatiran akibat ketidakpastian global saat ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di angka Rp16.365/US$ pada hari ini, Rabu (3/7/2024). Apresiasi ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (2/7/2024) sebesar 0,43%.

Sementara DXY pada pukul 15:58 WIB melemah 0,06% di angka 105,66. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 105,72.

Ketidakpastian global yang masih kuat masih menjadi tantangan tersendiri terhadap mata uang Garuda meskipun rupiah cenderung menguat hari ini.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengatakan bahwa instrumen Bank Indonesia dalam menjaga stabilisasi nilai tukar sudah cukup banyak, mulai dari kebijakan suku, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) hingga instrumen lindung nilai Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dan Cadangan Devisa.

Sementara Treasury and Global Market Head Sales Bank Mega, Donny Lukito menyebutkan pasar keuangan RI masih memiliki daya tarik dibanding peers di tengah ketidakpastian saat ini. Selain kebijakan suku bunga, BI juga telah mengeluarkan sejumlah kebijakan makroprudensial yang mampu mendorong aliran dana asing ke RI mulai dari SRBI hingga kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Namun demikian, di tengah gelontoran kebijakan dan stimulus BI ke pasar posisi nilai tukar Rupiah masih tertekan di atas Rp16.000 per Dolar AS yang lebih disebabkan oleh sentimen eksternal terkait penguatan DXY.

Salah satu ketidakpastian yang terjadi yakni keraguan pelaku pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya atau tidak di tahun ini.

The Fed saat ini masih membutuhkan data tambahan seperti inflasi hingga data ketenagakerjaan atau Non-Farm Payroll (NFP) dinilai sebagai langkah berlanjutnya sikap 'hawkish'.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH


(rev/rev) Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular