
BTN (BBTN) Batal Akuisisi Bank Muamalat, Sahamnya Bagaimana?
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) terpantau naik setelah bank pelat merah itu secara resmi mengumumkan bahwa rencana akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) batal.
Tercatat, saham BBTN ditutup naik 2,34%, naik 30 basis poin (bps) menjadi 1.310 per saham pada perdagangan Senin (8/7/2024). Tren positif masih berlanjut hingga hari ini, Selasa (9/7/2024) di mana BBTN naik 0,76% pada sesi I.Â
Nilai transaksi BBTN pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp34,89 miliar dengan volume transaksi mencapai 27,02 juta unit saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 3.210 kali. Secara year to date (ytd) BBTN telah naik 5,60%.
Menurut analis, kenaikan saham BBTN itu merupakan apresiasi dari investor atas keputusan BTN untuk membatalkan rencana akuisisi Bank Muamalat. Seperti diketahui, BTN tengah membidik bank syariah lain untuk menjadi "cangkang" sebagai bagian dari proses pelepasan unit usaha syariah (UUS), BTN Syariah untuk berdiri menjadi bank umum syariah (BUS).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan investor menilai aksi ini tepat, sebab kondisi Bank Muamalat yang kurang kondusif.
"Istilahnya kinerjanya [Bank Muamalat] kurang sehat dari sisi likuiditas pun juga tidak terlalu perform well. Jadi, otomatis dengan adanya faktor pembatalan akuisisi Bank Muamalat oleh BTN ini membuat harga saham BTN mengalami kenaikan," ujar Nafan saat dihubungi ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (9/7/2024).
Ia mengatakan bahwa aksi akuisisi perusahaan harus memperhatikan laporan keuangan, terlebih bagi perusahaan perbankan. Kondisi likuiditas bank yang hendak diakuisisi menjadi hal utama yang perlu dianalisa.
Adapun per Maret 2024, Bank Muamalat melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik senilai Rp 2,78 miliar, turun 72,82% secara tahunan (yoy). Hal itu seiring dengan merosotnya pendapatan setelah distribusi bagi hasil.
Mengutip laporan keuangan, pendapatan dari penyaluran dana bank naik 18,53% yoy menjadi Rp 526,55 miliar. Akan tetapi bagi hasil untuk pemilik dana investasi naik lebih tinggi atau 23,29% yoy menjadi Rp 477,16 miliar. Alhasil pendapatan setelah distribusi bagi hasil bank turun 13,62% yoy menjadi Rp 49,38 miliar. Tekanan bagi hasil tersebut juga terlihat dari rasio net imbalan (NI) bank yang turun 9 basis poin (bps) menjadi 0,35%.
Sementara itu, modal inti utama bank syariah tertua RI ini pun sebesar Rp 4,69 triliun per Maret 2024, turun dari setahun sebelumnya Rp4,80 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) juga makin susut jadi sebesar 30,93% dari setahun sebelumnya 32,38%.
Sementara itu, BTN Syariah mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan induknya. Laba bersih BTN Syariah terbang 56,1% yoy menjadi Rp164 miliar per kuartal I-2024.
Pembiayaan di BTN Syariah juga tumbuh 20,0% yoy menjadi Rp39 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Itu disertai dengan kualitas pembiayaan yang membaik menjadi 2,8% per Maret 2024.Â
Sebelumnya, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan aksi korporasi BTN batal karena memiliki perbedaan visi dengan Bank Muamalat.Â
"Saat melakukan due diligence, kedua pihak mungkin merasa tidak memiliki visi yang sama dan akhirnya memilih strategi berbeda," katanya.
Visi yang dimaksud terkait dengan strategi pengembangan bank syariah hasil merger. BTN mungkin akan membawa bisnis model yang sangat fokus pada ekosistem perumahan, sementara banyak pihak berharap Bank Muamalat melanjutkan strategi yang sudah dirintis oleh para pendirinya.
"Kalau hambatannya terlalu banyak, mungkin berpisah adalah pilihan terbaik. Karena, jika terus dipaksakan, malah hasilnya bisa tidak bagus untuk semuanya," imbuh Emir.
(mkh/mkh) Next Article Ada Transaksi Afiliasi di BTN (BBTN), Ini Detailnya