
Pasar Tunggu Data Neraca Dagang, Mampukah Rupiah Kembali Menguat?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rupiah menguat dalam sepekan terakhir ditopang indeks dolar AS yang semakin melandai akibat hasil inflasi AS lebih baik dari perkiraan. Pekan ini, akan ada pengumuman neraca dagang - BI rate yang diharapkan membuat rupiah makin bergairah.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,34% di angka Rp16.135/US$ pada Jumat (12/7/2024). Posisi ini merupakan yang terkuat sejak 28 Mei 2024 serta apresiasi sejumlah delapan hari beruntun. Sedangkan secara mingguan, rupiah kembali mengalami menguat sebesar 0,86%.
Penguatan rupiah pekan lalu seiring dengan melandainya tekanan dolar AS atau (DXY) yang turun hingga 0,75% dalam seminggu. Hal ini dipengaruhi oleh hasil inflasi AS yang lebih baik dari perkiraan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK), pengukur inflasi utama, tercatat 3% pada Juni 2024, turun dari 3,3% pada bulan Mei 2024. IHK AS pada Juni juga lebih baik dari ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan IHK melandai ke 3,1%.
IHK mengukur seberapa cepat harga berubah di seluruh ekonomi AS. IHK mengukur semuanya mulai dari buah-buahan dan sayuran hingga potongan rambut, tiket konser, dan peralatan rumah tangga.
Adapun IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, inflasi dasar yang diawasi ketat juga melambat lebih dari yang diharapkan.
IHK inti naik 0,1% dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021, mendorong laju inflasi inti tahunan lebih rendah, menjadi 3,3% dari 3,4%, dan menandai level terendah baru dalam tiga tahun.
Laporan inflasi Negeri Paman Sam terbaru yang lebih baik dari perkiraan semakin memperkuat harapan pemotongan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dapat terjadi lebih cepat dan membantu membuat pinjaman uang menjadi lebih murah.
The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% untuk ketujuh kalinya secara beruntun pada Juni 2024. Dengan inflasi yang melandai maka ada harapan The Fed akan memangkas suku bunga secepatnya.
Perangkat Fedwatch kini memiliki peluang 84% jika pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September 2024. Keyakinan ini naik pesat bila dibandingkan pada kemarin yang hanya 68%.
Beralih pada pekan ini, akan ada sejumlah agenda yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Dari global, akan ada sejumlah pidato pejabat the Fed yang secara bergiliran dilakukan dalam beberapa hari ke depan, sementara dari domestik akan ada rilis neraca dagang serta pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Teknikal Rupiah
Secara teknika dalam basis waktu per jam,, rupiah masih tetap kokoh dalam tren penguatan. Paling dekat, jika penguatan berlanjut, mata uang Garuda potensi menguji support terdekat di Rp16.120/US$ yang didapatkan dari low candle 12 Juli 2024.
Jika itu ditembus, peluang menguat ke level Rp16.000/US$ semakin memugkinkan. Meski begitu, pelaku pasar tetap harus mengantisipasi jika masih ada tekanan pembalikan arah, paling tidak ke resistance terdekat di area moving average/MA 50 atau di posisi Rp16.190/US$.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn) Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900
