
Menanti Nasib Rupiah di Akhir Pekan, Bakal Happy?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pergerakan rupiah masih cenderung stabil di tengah realisasi PMI Manufaktur dalam negeri dan data inflasi.
Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup stagnan di posisi Rp15.690/US$ pada penutupan perdagangan Kamis (31/10/2024). Selama satu hari penuh, fluktuasi rupiah pada kisaran Rp15.710/US$ hingga Rp15.670/US$.
Pada perdagangan hari ini pasar akan diwarnai beragam sentimen yang berasal dari rilis ekonomi domestik maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, pasar akan merespons Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Jumat (1/11/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,2 pada Oktober 2024. Angka ini tidak berubah dibandingkan September.
Namun, data tersebut juga menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama empat bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), dan Oktober (49,2).
Hal lain yang disorot adalah rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia diperkirakan akan naik atau mencatat inflasi (month to month/mtm) pada Oktober 2024 setelah lima bulan mengalami deflasi.
Inflasi pada Oktober dipicu oleh kenaikan sejumlah bahan pokok. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data IHK Oktober 2024 pada hari ini, Jumat (1/11/2024).
Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ dari 15 institusi memperkirakan IHK Oktober 2024 diperkirakan mengalami inflasi 0,03% (mtm).
Jika IHK (mtm) mencatat inflasi maka ini menjadi inflasi pertama dalam enam bulan. Seperti diketahui, Indonesia mengalami deflasi (mtm) selama lima bulan beruntun. Catatan ini hanya lebih buruk dibandingkan pada 1999 atau era di mana Indonesia masih menghadapi dampak Krisis 1997/1998. Deflasi Mei- September 2024 juga menjadi catatan buruk periode-periode akhir
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kondisi ini memicu kekhawatiran mengenai melemahnya daya beli.
Jika Indonesia pada akhirnya mencatat inflasi pada Oktober 2024 maka ini bisa menjadi awal baik bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024.
Sementara itu dari eksternal ada data dari AS terkait klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian turun 12.000 menjadi 216.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir pada 26 Oktober, level terendah sejak Mei, menurut Departemen Tenaga Kerja.
Di sisi lain, meskipun pasar tenaga kerja masih ketat tetapi inflasi AS diperkirakan akan terus mereda. Laporan dari Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, naik 0,5% bulan lalu setelah kenaikan yang direvisi naik menjadi 0,3% pada bulan Agustus.
Para ekonom memperkirakan pengeluaran konsumen akan meningkat sebesar 0,4% setelah kenaikan yang sebelumnya dilaporkan sebesar 0,2% pada Agustus. Setelah disesuaikan dengan inflasi, pengeluaran meningkat 0,4%, menempatkan konsumsi pada jalur pertumbuhan yang lebih tinggi menjelang kuartal keempat.
Meskipun harga sedikit meningkat pada September, gambaran inflasi secara keseluruhan tetap terkendali karena tekanan upah yang semakin berkurang.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS sejauh ini masih bergerak terkonsolidasi dengan potensi penguatan terdekat ada di support Rp15.660/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 100 jam atau MA100.
Sementara itu, untuk resistance terdekat atau potensi pelemahan bisa ke Rp15.780/US$ yang didapatkan dari high candle intraday yang pernah disentuh 29 Oktober 2024.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn) Next Article Penguatan Berlanjut, Rupiah Balik ke Posisi Terkuat Tahun Ini!