²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

RI & Prabowo Bakal Dapat 2 Kabar Genting Hari Ini, Investor Was Was

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
01 November 2024 06:00
Pembeli menawar bawang merah ke penjual di salah satu Pasar Tradisional di kawasan Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Foto: Pembeli menawar bawang merah ke penjual di salah satu Pasar Tradisional di kawasan Jakarta, Selasa (23/4/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
  • Hari ini akan rilis Inflasi dan PMI Manufaktur Indonesia
  • Inflasi AS terus mereda dan semakin meyakinkan untuk pemangkasan suku bunga The Fed selanjutnya
  • Data tenaga kerja AS semakin membaik

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para pelaku pasar pada perdagangan hari ini menantikan rilis data ekonomi Indonesia yang penting yakni inflasi dan aktivitas manufaktur. Pasalnya kedua indikator yang acap kali sebagai acuan kondisi daya beli masyarakat Indonesia tersebut melemah pada beberapa bulan terakhir.

Selain itu, para pelaku pasar juga bersikap wait and see dalam menanti keputusan suku bunga bank sentral Jepang dan data tenaga kerja Amerika Serikat yang dapat memengaruhi kebijakan moneter bank sentral The Federal Reserve atau The Fed. Sikap tersebut membuat laju pasar keuangan Indonesia cenderung stagnan pada perdagangan kemarin.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Kamis (31/10/2024), setelah sempat menguat ke level psikologis 7.600 pada awal sesi I hari ini.

IHSG ditutup naik tipis 0,06% ke posisi 7.574,02.IHSG sempat menyentuh kembali level psikologis 7.600 pada awal sesi I dan sepanjang perdagangan sesi II. Sayangnya, penguatanIHSG terpangkas di akhir perdagangan.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 21 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 294 saham naik, 285 saham terkoreksi, dan 208 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor kesehatan dan energi menjadi penyokong terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni masing-masing mencapai 2,11% dan 1,31%.

IHSG rebound setelah enam hari beruntun merana. Kinerja keuangan beberapa perbankan besar pada kuartal III-2024 yang cenderung masih positif membuat pasar kembali melirik saham-saham perbankan besar setelah merana dalam beberapa hari terakhir.

Adapun empat perbankan raksasa sudah merilis kinerja kuartal III-2024. Pertama yakni BBCA, di mana laba bersihnya mencapai Rp 41,1 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp 36,4 triliun.

Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membukukan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52% secara tahunan (yoy).

Selanjutnya BBRI di mana Laba kepada para pemilik induk senilai Rp45,06 triliun pada periode Januari hingga September 2024 atau naik tipis 2,4% dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu (yoy).

Terakhir BMRI yang resmi mengantongi laba bersih sebesar Rp 42 triliun pada kuartal III-2024, tumbuh 7,56% secara tahunan (yoy).

Sementara itu, rupiah ditutup stagnan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen global yang terus bergejolak.

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup stagnan di posisi Rp15.690/US$ pada penutupan perdagangan Kamis (31/10/2024). Selama satu hari penuh, fluktuasi rupiah pada kisaran Rp15.710/US$ hingga Rp15.670/US$.

Pasar global menyoroti proyeksi Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China yang kemungkinan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1 pada Oktober 2024, menandai potensi pemulihan manufaktur di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Jika PMI China kembali ke zona ekspansif, hal ini akan memberi sentimen positif bagi ekonomi Indonesia, mengingat China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Namun, ketidakpastian masih ada, karena jika pertumbuhan ini tidak tercapai, akan menimbulkan tekanan lebih lanjut terhadap rupiah dan pasar keuangan dalam negeri.

Sementara itu, Bank of Japan (BoJ) juga menjadi perhatian investor karena kembali mempertahankan suku bunga rendah pada 0,25%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar untuk tidak menaikkan suku bunganya di tengah kondisi global yang tak menentu.

Indeks saham utama AS ditutup lebih rendah setelah Microsoft dan Meta Platforms menunjukkan peningkatan biaya kecerdasan buatan (AI) yang bisa berdampak pada laba mereka, mengurangi antusiasme terhadap saham-saham teknologi besar yang telah mendorong kenaikan pasar tahun ini.

Indeks S&P 500 turun 110,39 poin, atau 1,90%, berakhir di 5.703,28 poin, sementara Nasdaq Composite kehilangan 522,07 poin, atau 2,81%, menjadi 18.085,86. Dow Jones Industrial Average turun 380,02 poin, atau 0,93%, menjadi 41.761,52.

Saham Meta Platforms, pemilik Facebook, dan Microsoft mengalami penurunan, meskipun kedua perusahaan berhasil melampaui perkiraan pendapatan dalam laporan yang diumumkan setelah penutupan pasar pada hari Rabu.

Saham megakap teknologi lainnya, yang dikenal sebagai "Magnificent Seven," juga melemah. Amazon.com dan Apple turun menjelang laporan pendapatan kuartalan mereka yang akan dirilis setelah pasar tutup. Saham Alphabet, yang melaporkan pendapatannya pada hari Selasa, juga ikut turun.

"Tiga dari 'Magnificent Seven' menyatakan bahwa mereka memiliki anggaran yang besar untuk belanja AI, dan investor tidak menyukai hal tersebut," kata Carol Schleif, kepala investasi di BMO Family Office.

"Dampak jangka menengah dan panjang dari pembangunan ini sangat penting bagi pertumbuhan dan produktivitas jangka panjang AS. Namun dalam jangka pendek, investor bertanya-tanya di mana keuntungan yang dihasilkan dari investasi ini."

Microsoft dan Meta keduanya melaporkan peningkatan pengeluaran modal mereka karena investasi di AI, yang bisa mengurangi profitabilitas mereka.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, metrik inflasi pilihan Federal Reserve, naik 0,2% pada bulan September, sesuai dengan ekspektasi ekonom. Namun, angka inti tahunan sebesar 2,7% sedikit lebih tinggi dari perkiraan 2,6%, sementara pengeluaran konsumen meningkat lebih dari yang diharapkan.

Setelah data tersebut, pedagang tetap mempertahankan ekspektasi untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Fed bulan November.

"Kami memperkirakan mereka akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat minggu depan karena tidak ada data minggu ini yang menghalangi mereka untuk melakukannya," kata Schleif.

Sektor teknologi informasi memimpin penurunan di antara sektor-sektor lain, tetapi hasil positif dari Conoco Phillips dan Entergy mengangkat sektor energi dan utilitas.
Estee Lauder anjlok, di jalur menuju hari terburuknya, setelah perusahaan kosmetik ini menarik proyeksi tahunan untuk 2025.

Saham Uber Technologies merosot setelah perusahaan ride-hailing ini memperkirakan pembukuan bruto kuartal keempat akan lebih rendah dari perkiraan.

Indeks saham semikonduktor juga turun, dipimpin oleh saham Monolithic Power Systems yang anjlok setelah produsen produk kontrol daya dan semikonduktor yang digunakan dalam kendaraan ini melaporkan hasilnya. Saham Nvidia juga turun.

Pada perdagangan hari ini pasar akan diwaranai bergaam sentimen yang berasal dari rilis ekonomi domestik maupun luar negeri. 

Perkiraan Inflasi Pertama Setelah Deflasi 5 Bulan

Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia diperkirakan akan naik atau mencatat inflasi (month to month/mtm) pada Oktober 2024 setelah lima bulan mengalami deflasi. 

Inflasi pada Oktober dipicu oleh kenaikan sejumlah bahan pokok. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data IHK Oktober 2024 pada hari ini, JumaT (1/11/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ dari 15 institusi memperkirakan IHK Oktober 2024 diperkirakan mengalami inflasi 0,03% (mtm). 

Jika IHK (mtm) mencatat inflasi maka ini menjadi inflasi pertama dalam enam bulan. Seperti diketahui, Indonesia mengalami deflasi (mtm) selama lima bulan beruntun. Catatan ini hanya lebih buruk dibandingkan pada 1999 atau era di mana Indonesia masih menghadapi dampak Krisis 1997/1998. Deflasi Mei- September 2024 juga menjadi catatan buruk periode-periode akhir Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kondisi ini memicu kekhawatiran mengenai melemahnya daya beli.

Hanya dua dari 12 institusi yang menyampaikan bahwa Indonesia akan kembali mengalami deflasi dan memperpanjang tren deflasi yang sebelumnya telah terjadi sejak Mei 2024 atau lima bulan beruntun. Jika hal ini kembali terjadi, maka Indonesia akan mengalami deflasi enam bulan beruntun.

³§±ð³¾±ð²Ô³Ù²¹°ù²¹ÌýIHK secara tahunan (yoy) diperkirakan melandai di bawah level 2% atau tepatnya 1,67%. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi September 2024 yang sebesar 1,84% yoy.

Jika Indonesia pada akhirnya mencatat inflasi pada Oktober 2024 maka ini bisa menjadi awal baik bagi pemeirntahan Presiden Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024.

Begitu pula dengan PMI Manufaktur. PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama tiga bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9) dan September (49,2) atau periode akhir Jokowi.
Jika akhirnya PMI kembali ekspansif maka ini menjadi modal awal yang bagus buat Prabowo.

Pengumuman Aktivitas Manufaktur 

S&P Global akan merilis PMI Manufacturing untuk Indonesia. Hal ini menjadi penting karena kita dapat melihat kondisi aktivitas manufaktur di Indonesia apakah sudah membaik atau tidak.

Sebelumnya pada September 2024, PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 49,2. Hal ini menandai penurunan aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut, dengan output dan pesanan baru sama-sama menurun untuk bulan ketiga berturut-turut.

Selain itu, pesanan luar negeri menyusut dengan laju tertinggi sejak November 2022, turun untuk bulan ketujuh. Perusahaan merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian, lebih memilih untuk memanfaatkan inventaris yang ada. Di sisi lain, lapangan kerja tumbuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Sementara itu, penundaan waktu pengiriman tetap ada akibat masalah pengiriman, tercatat dengan perpanjangan waktu tunggu rata-rata untuk ketiga kalinya berturut-turut. Dari sisi biaya, harga input meningkat, tetapi laju inflasi adalah yang terendah dalam setahun.

Menanggapi kondisi pasar yang lebih sepi, perusahaan sedikit mengurangi harga output untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Akhirnya, kepercayaan diri meningkat ke puncak tujuh bulan, didorong oleh harapan akan stabilitas kegiatan di tahun mendatang.

Data Tenaga Kerja Amerika Serikat

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian turun 12.000 menjadi 216.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir pada 26 Oktober, level terendah sejak Mei, menurut Departemen Tenaga Kerja.

Penurunan untuk tiga minggu berturut-turut ini kemungkinan mencerminkan hilangnya distorsi akibat Badai Helene dan Milton, yang sempat meningkatkan klaim pada awal Oktober dan membuatnya tetap tinggi hingga pertengahan bulan. Klaim juga dipengaruhi oleh mogok kerja di Boeing (BA.N), yang memaksa produsen pesawat ini untuk memberlakukan cuti bergilir, mempengaruhi para pemasoknya.

Klaim Pengangguran ASFoto: Refinitiv
Klaim Pengangguran AS

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 230.000 klaim untuk pekan terakhir. Klaim yang tidak disesuaikan turun 3.349 menjadi 200.132 minggu lalu, dengan pengajuan menurun 2.969 di North Carolina dan 2.692 di Florida. Klaim juga turun di California, cukup untuk menutupi kenaikan 2.061 klaim di New York dan 1.854 di Michigan.

Survei Reuters menunjukkan bahwa nonfarm payrolls kemungkinan meningkat sebesar 113.000 pekerjaan bulan ini setelah naik 254.000 pada bulan September. Tingkat pengangguran diperkirakan tetap tidak berubah di 4,1%.

Departemen Tenaga Kerja dijadwalkan akan merilis laporan pekerjaan bulan Oktober pada hari Jumat, data ekonomi besar terakhir sebelum pemilu minggu depan. Para ekonom memperkirakan bank sentral AS akan mengabaikan laporan pekerjaan ini dan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada Kamis depan. Bulan lalu, Fed memulai siklus pelonggaran kebijakan dengan pemotongan suku bunga setengah persen, yang pertama sejak 2020.

Suku bunga kebijakan Fed saat ini berada di kisaran 4,75%-5,00%, setelah naik 525 basis poin pada tahun 2022 dan 2023.

Inflasi AS Terus Mereda

Laporan dari Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, naik 0,5% bulan lalu setelah kenaikan yang direvisi naik menjadi 0,3% pada bulan Agustus.

Para ekonom memperkirakan pengeluaran konsumen akan meningkat sebesar 0,4% setelah kenaikan yang sebelumnya dilaporkan sebesar 0,2% pada Agustus. Setelah disesuaikan dengan inflasi, pengeluaran meningkat 0,4%, menempatkan konsumsi pada jalur pertumbuhan yang lebih tinggi menjelang kuartal keempat.

Meskipun harga sedikit meningkat pada September, gambaran inflasi secara keseluruhan tetap terkendali karena tekanan upah yang semakin berkurang.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,2% setelah kenaikan yang tidak direvisi sebesar 0,1% pada Agustus. Kenaikan harga didorong oleh sektor jasa, yang meningkat 0,3% akibat biaya perumahan, utilitas, layanan kesehatan, dan transportasi yang lebih tinggi. Sementara itu, harga barang turun 0,1%, menurun untuk bulan kedua berturut-turut.

Dalam 12 bulan hingga September, indeks harga PCE meningkat 2,1% - kenaikan tahunan terkecil dalam inflasi PCE sejak Februari 2021 - setelah naik 2,3% pada Agustus.

Jika tidak memasukkan komponen makanan dan energi yang bergejolak, indeks harga PCE inti naik 0,3% setelah meningkat 0,2% pada Agustus. Dalam 12 bulan hingga September, inflasi inti naik 2,7% untuk bulan ketiga berturut-turut. Bank sentral AS memantau ukuran harga PCE ini untuk mencapai target inflasi sebesar 2%.

Laporan ketiga dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa indeks biaya tenaga kerja (ECI), ukuran terluas dari biaya tenaga kerja, naik 0,8% pada kuartal ketiga. Itu adalah kenaikan terkecil sejak kuartal kedua 2021, mengikuti kenaikan yang tidak direvisi sebesar 0,9% pada kuartal kedua.

Biaya tenaga kerja naik 3,9% dalam 12 bulan hingga September, kenaikan terkecil sejak kuartal ketiga 2021, setelah naik 4,1% dalam tahun hingga Juni. ECI dipandang oleh pembuat kebijakan sebagai salah satu ukuran terbaik dari kelonggaran pasar tenaga kerja dan prediktor inflasi inti karena menyesuaikan perubahan komposisi dan kualitas pekerjaan.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

  • PMI Manufaktur Indonesia periode Oktober (7.30 WIB)
  • Caixin PMi Manufaktur China (7.45 WIB)
  • IHK Indonesia periode Oktober (11.00 WIB)
  • Data Pengangguran AS (19.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSLB: BMSR, UCID

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular