
IHSG Loyo? Indeks MSCI & Sri Kehati Mengudara Loh

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saat pasar saham loyo, mungkin investor bisa melirik saham-saham pada indeks MSCI dan Sri Kehati yang lebih moncer.
Hingga perdagangan Jumat (7/7/2023) kinerja Indeks Harga Saham Gabungan tercatat turun nyaris 2%, tepatnya minus 1,96%. Sebaliknya MSCIÂ Indonesia dan Sri Kehati mampu naik 1,08% dan 4,83%.
Ketidakpastian ekonomi global menjadi penyebab utama kenapa laju IHSGÂ sepanjang 2023 lesu.
Mulai dari kemerosotan harga komoditas dunia terutama batu bara, primadona 2022. Hingga jungkat-jungkit sikap bang sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunganya yang masih akan terus naik hingga inflasi menuju target 2%, saat ini 4%,
Jika melihat ±ô²¹²µ²µ²¹°ù»åÌýatau saham yang memberatkan IHSG sepanjang 2023, mayoritas ditempati oleh saham hasil bumi atau komoditas. Seperti batu bara, gas, energi, dan tambang logam.
Paling besar yang membebani IHSGÂ adalah saham BYAN yang sepanjang tahun ini turun 23% dan memiliki andil menurunkan IHSGÂ sebanyak 94 poin per Jumat (7/7/2023) menurut statistik Bursa Efek Indonesia (BEI). BYANÂ memiliki bobot 5,56% terhadap IHSGÂ dan market caps Rp539 triliun per tanggal tersebut.
Kemudian ada BEBSÂ yang memiliki andil 49,49 poin dan ADROÂ sebesar 48,85 poin terhadap IHSG. Kemudian ada MDKAÂ dan TPIA, masing-masing memiliki andil terhadap penurunan IHSGÂ sebesar 22,36 poin dan 15,86 poin.
TPIA sendiri masuk dalam 10 besar saham yang memiliki bobot terbesar bagi IHSG. Bobot TPIAÂ adalah 1,87% dengan market cap Rp181 triliun, di atas BBNI, UNVR, dan ICBP.
Dengan dua saham dengan bobot besar masuk dalam laggard 2023, maka wajar saja gerak IHSG cenderung lesu. Belum lagi saham-saham tambang lainnya yang memiliki market caps triliunan seperti ADRO Rp73,7 triliun dan MDKA sebesar Rp80,07 triliun.
Berbeda dengan IHSG, Indeks Sri Kehati mampu menorehkan pencapaian gemilang. Hal ini karena konstituen dengan bobot terbesar mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang 2023.
Adapun saham dengan bobot terbesar yakni 56,61% adalah BBRi (16,85%), BBCA (15,59%), TLKM (12,16%), dan BMRI (12,01%).Â
Masing-masing saham-saham tersebut bahkan menjadi ±ô±ð²¹»å±ð°ùÌýIHSG sepanjang 2023. BBRI mengalami kenaikan 8,8% sejak awal tahun.
Kemudian BBCAÂ sebagai saham dengan bobot terbesar untuk IHSGÂ terhadap IHSGÂ dan melesat 5,6% sepanjang tahun.
Sementara TLKM dan BMRI masing-masing menorehkan kinerja yang juga apik yakni 5,6% dan 3,8% selama 2023.Â
Begitu juga dengan indeks MSCIÂ Indonesia, kenaikan andil dari saham-saham yang memiliki market caps besar seperti BBCA, BBRI, TLKM, BMRI, dan ASIIÂ yang memiliki bobot terbesar.Â
Kelima saham tersebut total memiliki bobot hingga 69,7%. Sehingga melihat performa saham selama 2023 yang signifikan, wajar indeks MSCI saat ini mampu menorehkan kinerja positif.Â
Selain kinerja saham yang kinerjanya sudah disebutkan, harga saham ASII mampu mencatatkan penguatan 19,7% sepanjang 2023.
Bisakah Membeli Indeks Saham untuk Investasi
Investor bisa membeli indeks saham untuk investasi melalui reksa dana indeks.Â
Reksa dana indeks adalah jenis reksa dana yang mengikuti kinerja suatu indeks pasar, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia atau LQ45.
Reksa dana indeks mengikuti komposisi indeks yang mendasarinya. Hal ini dilakukan dengan membeli saham-saham yang tergabung dalam indeks dan dalam proporsi yang sesuai dengan bobot saham di dalam indeks tersebut.
(ras/ras) Next Article Investasi Saham Tapi Modal Kecil & Terima Beres? Ini Caranya
