վ

Internasional

Proyek Kereta Cepat Uji Relasi Bilateral Malaysia-Singapura

Ester Christine Natalia, վ
13 February 2018 11:18
Hubungan bilateral Malaysia dan Singapura diperkirakan akan terdampak proyek kereta cepat yang hubungkan kedua negara
Foto: Reuters
Jakarta, վ - Hubungan bilateral antara Malaysia dan Singapura diuji dengan proyek kereta cepat yang akan menghubungkan kedua negara tersebut.

Dilansir dari Reuters hari Selasa (13/2/2018), para analis menaksir proyek tersebut bernilai sekitar US$17 miliar (Rp 231,2 triliun) dan merupakan proyek terbesar yang dijalankan oleh negara tetangga di Asia Tenggara. Proyek ini juga diprediksi akan menguji relasi kedua negara yang dingin sejak akhir masa kolonial di tahun 1960-an.


Proyek ini bisa jadi membuka ketegangan yang lebih luas tentang meningkatnya pengaruh China di kawasan tersebut. Sebab, kedua pemimpin negara harus memilih konsorsium yang bersaing di lelang proyek, yaitu konsorsium dari China, Jepang, Korea Selatan, serta Eropa.

Pada hari Senin, (12/2/2018), konsorsium perusahaan Eropa mengumumkan kerjasama dengan perusahaan engineering Malaysia, George Kent, untuk ikut bersaing di lelang proyek ini.

Konsorsium perusahaan yang akan membangun, mengoperasikan, dan membiayai aset kereta ini masih memiliki waktu untuk mendaftar sampai dengan penutupan tanggal 29 Juni 2018. Sedangkan, pemenang lelang diperkirakan akan diumumkan pada akhir tahun ini.

“[Penawar yang terpilih] bisa menjadi sumber perbedaan,” kata Ja Ian Chong, Profesor di Departemen Ilmu Politik National University of Singapore. “Namun masalahnya adalah apakah perbedaan ini adalah sesuatu yang bisa dikompromikan, saya rasa sulit untuk mengatakannya sekarang.”

Dengan relasi yang cukup erat dengan Beijing, menolak penawaran China bisa menjadi pilihan yang berat untuk Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Beijing telah menyuntikkan miliaran dolar ke Malaysia selama dua tahun belakangan karena Najib ingin mengatasi masalah utang pemerintahan yang besar dan menenangkan masyarakat mendekati pemilu nasional tahun ini.

Pemerintahan Najib menyerahkan proyek kereta yang menghubungkan semenanjung timur dan barat Malaysia senilai $13 miliar ke China tahun lalu.

Di sisi lain, Singapura memiliki relasi yang sulit dengan China karena hubungannya dengan Taiwan dan perselisihan tentang pulau-pulau di Laut China Selatan.

China Railway Corporation akan memimpin konsorsium perusahaan-perusahaan China untuk proyek-proyek besar, ujar sumber diplomasi di Kuala Lumpur kepada Reuters.

Untuk Jepang, JR East akan memimpin konsorsium yang melibatkan Sumitomo Corporation, Hitachi Limited, Mitsubishi Heavy Industries, dan NEC Corporation.

Konsorsium Korea Selatan meliputi Hyundai Rotem Co dan Hyundai Engineering and Construction.

Sementara itu, konsorsium Eropa yang bergabung dengan George Kent meliputi Alstom, Siemens, Ferrovie dello Stato Italiane, dan PORR.


China dianggap cukup kompetitif di dalam kompetisi ini karena biaya pembangunan yang rendah, kata Corrine Png, CEO perusahaan riset transportasi Crucial Perspective.

Jepang juga memiliki rekor panjang dalam membangun dan mengoperasikan kereta cepat. Negara tersebut juga ingin menyaingi pengaruh China di Asia tenggara yang telah disokong oleh mega-proyek Belt and Road Initiative.

Sekitar 90% jaringan kereta cepat tersebut akan berada di Malaysia dan pemerintahan Najib setuju untuk membiayai bagiannya sendiri. Namun, belum diputuskan bagaimana skema pembayaran untuk biaya lain, seperti pembangunan dan perawatan lokomotif.

“Formulanya adalah entah mau membangun dari stasiun sendiri sampai perbatasan internasional, biayanya adalah milik [negara tersebut],” kata Menteri Unit Perancangan Ekonomi Abdul Rahman Dahlan.

Ia menambahkan diskusi antara para pejabat kedua negara berjalan dengan mulus selama ini.

“Bergerak terus, timeline kami tetap berjalan. Saya tidak melihat permasalahan besar saat ini,” katanya ketika ditanya tentang timeline proyek tersebut.

Singapura sebelumnya adalah bagian dari Malaysia setelah akhir pemerintahan kolonial Inggris. Namun, kedua negara tersebut berpisah dengan sengit di tahun 1965 yang memperkeruh kesepakatan diplomasi dan perekonomian selama puluhan tahun.

Kedua negara tersebut sebelumnya telah bersitegang soal berbagai isu politik, serta hal-hal kecil lainnya seperti pasokan air dan jalan tol. Relasi yang dingin tersebut akhirnya mencair di bawah kepemimpinan Najib dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Proyek kereta cepat tersebut sebenarnya dapat menjadi simbol relasi yang bertambah erat.

Dengan kecepatan tertinggi mencapai lebih dari 300 km/ jam, proyek yang dijadwalkan selesai di tahun 2026 akan mampu memangkas waktu perjalanan antara Kuala Lumpur dan Singapura menjadi sekitar 90 menit dari sebelumnya lima jam perjalanan darat dan 50 menit menggunakan pesawat.
(prm) Next Article Konsorsium Eropa Ikut Proyek Kereta Cepat Malaysia-Singapura

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular