²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Arab Saudi akan Ciptakan Pembangkit Listrik Terbesar di Dunia

Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
29 March 2018 11:56
Arab Saudi akan Ciptakan Pembangkit Listrik Terbesar di Dunia
Foto: Reuters
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â - Pemerintah Arab Saudi dan investor teknologi asal Jepang, Softbank, memperluas kerja sama. Mereka mengumumkan proyek pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia dalam konferensi pers di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (27/3/2018).

Proyek tersebut diprediksi akan memakan biaya US$200 miliar (Rp 2.750 triliun) hingga 2030. Semua itu tergantung pada berapa lama mereka mengantisipasi pembangunan seluruh proyek 200 gigawatt.

Sebagai perbandingan, saat ini ada sekitar 70 gigawatt kapasitas panel surya yang beroperasi, sedang diperbaiki atau dalam pembangunan di Amerika Serikat (AS), menurut sebuah daftar proyek skala besar yang disimpan oleh Asosiasi Industri Energi Surya (Solar Energy Industries Association) dan dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ Internasional.

CEO SoftBank Masayoshi Son mengatakan proyek yang sedang digarap itu besar dan akan menyokong pembuatan industri manufaktur peralatan surya domestik di negara kerajaan itu. Saat ini proyek masih berasa di tahap awal dan belum ada jaminan akan dibangun. 

Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Son menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Dana Investasi Publik (Public Investment Fund) Arab Saudi dan SoftBank Vision Fund pada Selasa malam. Penandatanganan itu resmi memulai proses pembentukan sebuah perusahaan pembangkit listrik baru. Niat tersebut dilakukan untuk melengkapi uji tuntas (due diligence) proyek tersebut pada akhir Mei.

"Proyek seperti ini tidak akan layak tanpa visi besar yang kami miliki dengan pangeran mahkota. Kerajaan memiliki cahaya mata hari yang bagus, lahan luas yang masih tersedia, insinyur yang luar biasa dan tenaga kerja yang baik. Tapi yang paling penting, [negara] ini memiliki visi yang sangat baik," ujar Son kepada reporter.

Memperluas bisnis ke energi terbarukan adalah salah satu kunci dari Visi 2030 Arab Saudi, sebuah rencana yang dipelopori Pangeran Mohammed untuk mendiversifikasi perekonomian yang sangat bergantung pada minyak.

Kapasitas 200 gigawatt itu akan tersebar di seluruh kerajaan. Dua pembangkit pertama akan mampu membuat 7,2 gigawatt listrik. Pembangunannya dijadwalkan untuk dimulai tahun ini dan ditargetkan mulai menghasilkan listrik di tahun 2019.
Ongkos yang dibutuhkan dua pembangkit pertama itu akan mencapai sekitar $5 miliar, dengan $1 miliar yang dikucurkan oleh Vision Fund SoftBank dan $4 miliar yang dialokasikan dari pembiayaan proyek.

Son berkata pendapatan dari tahap awal pembangkit itu akan bantu membiayai proyek-proyek selanjutnya di kerajaan. Tiap pembangkit akan memiliki kesepakatan pembelian daya (power purchase agreement) selama 25 tahun, kontrak jangka panjang untuk konsumen tenaga listrik yang lazim di industri energi matahari.

Pembangkit yang pertama tidak akan menggunakan penyimpanan baterai, tetapj perusahaan pembangkit listrik Saudi yang baru itu akan mulai menambahkan fitur tersebut ke perkebunan tenaga surya dalam waktu dua sampai tiga tahun ini, kata Son.

Proyek yang diestimasi senilai $200 miliar itu akan mencakupi ongkos pembangunan pembangkit listrik, integrasi teknologi baterai dan membangun fasilitas baru masif yang akan mengintegrasikan manufaktur peralatan tenaga surya secara vertikal, kata Son. Perusahaan itu juga berencana untuk membangun pusat riset dan pengembangan, pendidikan, serta pelatihan, katanya.

Pertumbuhan industri tenaga matahari diprediksi akan menciptakan 100.000 tenaga kerja dan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Saudi senilai $12 miliar. Usaha itu juga diharapkan menghemat pengeluaran kerajaan hingga $40 miliar. Pembangkit listrik ini akan menghindarkan kerjaan menggunakan minyak domestik dalam menghasilkan listrik.

Pengumuman itu dilakukan saat Pangeran Mohammed berada di New York selama kunjungannya di seluruh Amerika Serikat (AS). Calon raja berusia 32 tahun dan delegasi dari Saudi mempererat relasi dengan pemerintahan Trump dan sederet investor AS karena kerajaan itu memulai rencana ambisius untuk mendiversifikasi perekonomiannya.

Sebelumnya, Forum CEO Saudi-AS mengumpulkan para pimpinan bisnis AS dan Saudi di New York, di mana pihak kerajaan mengumumkan tentang tiga lusin MoU dengan perusahaan AS, yang seringkali menjadi langkah awal dalam membuat usaha bisnis.

Dana Investasi Publik Saudi adalah investor terbesar di Vision Fund SoftBank yang memiliki nilai $100 miliar. Dana kekayaan kedaulatan kerajaan itu dikabarkan melakukan investasi $45 miliar ke teknologi kendaraan. Uber, Nvidia dan WeWork adalah sebagian dari penerima investasi terbesar.

Pendanaan sebesar $93 miliar mencapai targetnya setelah mendapatkan $7 miliar dari korporasi dan manajer AS di Vision Fund selama beberapa bulan terakhir, menurut salah satu sumber yang akrab dengan pendanaan. Pendanaan itu saat ini ditutup.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular