
Internasional
Tequila, Bisnis yang Haus Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
07 May 2018 17:21

Tequila, ²©²ÊÍøÕ¾ - Permintaan yang terus naik dari New York sampai Tokyo telah membuat penjualan minuman beralkohol Tequila menjadi industri bernilai miliaran dolar. Namun, produksinya masih berakar pada metode pertanian berusia ratusan tahun menggunakan peralatan tangan dan keledai.
Negara bagian barat Meksiko bernama Jalisco adalah pusat industri tequila. Di situ, 'jimador', petani kaktus agave yang nantinya akan disuling menjadi tequila, telah menggarap ladangnya dari generasi ke generasi.
"Saya bangga menjadi seorang jimador, kami adalah rantai pertama di industri tequila. Tanpa kami, tidak akan ada tequila," kata Mario Perez, jimador berusia 39 tahun.
Melansir dari Reuters, popularitas tequila telah mendorong kekurangan pasokan agave yang semakin parah. Sementara itu, para generasi muda justru menghindari pekerjaan yang sebelumnya sangat dihormati ini.
"Dulu, menjadi seorang jimador adalah pekerjaan terhormat. Sekarang, Anda hanyalah seorang pekerja," kata Perez. "Namun, ini adalah sebuah karya dari tradisi yang besar."
Para jimador menggunakan alat bernama "coa" untuk memotong duri tajam dari tanaman, sehingga yang tersisa hanyalah daging buah yang berbentuk seperti nanas raksasa.
"Kami harus memotong dengan cara tertentu supaya sempurna waktu dimasuk. Ini bukan pekerjaan mudah, bisa saja Anda memotong batangnya," kata Perez.
Dulu, daging agave dimasak di bawah tanah. Cara itu pun sebenarnya masih digunakan untuk memproduksi minuman mezcal di beberapa wilayah Meksiko. Namun, sebagian besar tequila yang diekspor sekarang dibuat di penyulingan industri milik oleh Diageo Bacardi dari Inggris dan Jose Cuervo dari Meksiko.
Sebagian besar hasil panen agave dikumpulkan oleh pekerja menggunakan keledai di medan berbatu. Jose Luis Flores, 41 tahun, mewarisi satu tim yang terdiri dari tujuh keledai dari ayahnya saat beliau meninggal tahun lalu.
"Saya membantu ayah selama 20 tahun dan saya menyukainya," kata Flores. "Tidak ada yang bisa menggantikan kami, bahkan mesin sekalipun. Keledai saya bisa melewati tebing terjal ataupun jalan yang sulit."
Flores berharap kelak bisa mewarisi usahanya ke empat anaknya.
"Saya berpikir untuk membeli lebih banyak keledai. Ini adalah bisnis keluarga sekarang," katanya.
Setiap tumbuhan berdaun tajam ini membutuhkan tujuh sampai delapan tahun untuk matang, tetapi permintaan memaksa produsen menggunakan tanaman yang lebih muda.
Hampir 18 juta agave biru ditanam pada tahun 2011 di Meksiko untuk dipanen tahun ini. Jumlah itu jauh di bawah perkiraan permintaan hingga 42 juta untuk memasok 140 perusahaan terdaftar.
Kekurangan itu sepertinya akan berlanjut sampai tahun 2021 sampai perbaikan strategi penanaman membuahkan hasil.
"Tequila adalah bisnis yang bagus tetapi ada banyak permintaan untuk itu. Saya harap agave bisa bertahan lama," kata J. Cruz Reinoso, pemilik penyulingan Don Blanco, sebuah bisnis keluarga yang sudah dikembangkan selama 30 tahun.
Para jimador khawatir mesin pada akhirnya bisa menggantikan mereka. Namun, memanen agave dengan mesin akan rumit karena sulit untuk memprediksi besaran buah dari ukuran tanaman.
"Ini hidup saya dan saya sanggat membanggakannya. Saya tahu cara melakukannya dengan baik. Saya harap teknologi tidak menggantikan kami, [karena] itu akan sangat menyedihkan," kata Francisco Quiroz, jimador berusia 57 tahun.
(prm) Next Article Tequila hingga Kamera, Ini Barang AS yang Diserang China
Negara bagian barat Meksiko bernama Jalisco adalah pusat industri tequila. Di situ, 'jimador', petani kaktus agave yang nantinya akan disuling menjadi tequila, telah menggarap ladangnya dari generasi ke generasi.
"Saya bangga menjadi seorang jimador, kami adalah rantai pertama di industri tequila. Tanpa kami, tidak akan ada tequila," kata Mario Perez, jimador berusia 39 tahun.
"Dulu, menjadi seorang jimador adalah pekerjaan terhormat. Sekarang, Anda hanyalah seorang pekerja," kata Perez. "Namun, ini adalah sebuah karya dari tradisi yang besar."
Para jimador menggunakan alat bernama "coa" untuk memotong duri tajam dari tanaman, sehingga yang tersisa hanyalah daging buah yang berbentuk seperti nanas raksasa.
"Kami harus memotong dengan cara tertentu supaya sempurna waktu dimasuk. Ini bukan pekerjaan mudah, bisa saja Anda memotong batangnya," kata Perez.
Dulu, daging agave dimasak di bawah tanah. Cara itu pun sebenarnya masih digunakan untuk memproduksi minuman mezcal di beberapa wilayah Meksiko. Namun, sebagian besar tequila yang diekspor sekarang dibuat di penyulingan industri milik oleh Diageo Bacardi dari Inggris dan Jose Cuervo dari Meksiko.
Sebagian besar hasil panen agave dikumpulkan oleh pekerja menggunakan keledai di medan berbatu. Jose Luis Flores, 41 tahun, mewarisi satu tim yang terdiri dari tujuh keledai dari ayahnya saat beliau meninggal tahun lalu.
"Saya membantu ayah selama 20 tahun dan saya menyukainya," kata Flores. "Tidak ada yang bisa menggantikan kami, bahkan mesin sekalipun. Keledai saya bisa melewati tebing terjal ataupun jalan yang sulit."
Flores berharap kelak bisa mewarisi usahanya ke empat anaknya.
"Saya berpikir untuk membeli lebih banyak keledai. Ini adalah bisnis keluarga sekarang," katanya.
Setiap tumbuhan berdaun tajam ini membutuhkan tujuh sampai delapan tahun untuk matang, tetapi permintaan memaksa produsen menggunakan tanaman yang lebih muda.
Hampir 18 juta agave biru ditanam pada tahun 2011 di Meksiko untuk dipanen tahun ini. Jumlah itu jauh di bawah perkiraan permintaan hingga 42 juta untuk memasok 140 perusahaan terdaftar.
Kekurangan itu sepertinya akan berlanjut sampai tahun 2021 sampai perbaikan strategi penanaman membuahkan hasil.
"Tequila adalah bisnis yang bagus tetapi ada banyak permintaan untuk itu. Saya harap agave bisa bertahan lama," kata J. Cruz Reinoso, pemilik penyulingan Don Blanco, sebuah bisnis keluarga yang sudah dikembangkan selama 30 tahun.
Para jimador khawatir mesin pada akhirnya bisa menggantikan mereka. Namun, memanen agave dengan mesin akan rumit karena sulit untuk memprediksi besaran buah dari ukuran tanaman.
"Ini hidup saya dan saya sanggat membanggakannya. Saya tahu cara melakukannya dengan baik. Saya harap teknologi tidak menggantikan kami, [karena] itu akan sangat menyedihkan," kata Francisco Quiroz, jimador berusia 57 tahun.
(prm) Next Article Tequila hingga Kamera, Ini Barang AS yang Diserang China
Most Popular