²©²ÊÍøÕ¾

Akuisisi Freeport, RI Kuasai Cadangan Emas Tembaga Rp 1500 T

Raditya Hanung, ²©²ÊÍøÕ¾
12 July 2018 15:05
Freeport perusahaan tambang dengan ribuan triliun potensi tambang, dan potensi keuntungan puluhan triliun per tahun. Kini, di bawah kendali RI.
Foto: REUTERS/Chris Wattie
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaporkan perusahaan induk (holding) BUMN pertambangan yakni Inalum telah sepakat dengan Freeport McMoran terkait akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia.

"Saya telah mendapatkan laporan bahwa holding industri pertambangan kita Inalum telah capai kesepakatan awal dengan Freeport pengolahan untuk meningkatkan kepemilikan kita menjadi 51% dari yang sebelumnya 9,36%. Alhamdulillah," kata Jokowi di BSD, Kamis (12/7/2018).



Lewat kesepakatan ini, Jokowi berharap nilai tambah komoditas tambang yang dihasilkan Freeport bisa dinikmati seluas-luasnya oleh kepentingan nasional. Sore ini, pemerintah dikabarkan meneken head of agreement dengan Freeport terkait divestasi itu.
"Sudah deal. Tinggal tandatangan. Teknis masih ada di Menteri," tutur Jokowi.

Bagaimana sebenarnya kinerja keuangan Freeport yang akhirnya dapat dikuasai mayoritas sahamnya oleh RI?
Pada tahun 2017, PT Freeport Indonesia (PTFI) yang merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoran asal Negeri Paman Sam, memiki total aset senilai US$10,66 miliar, atau sekitar Rp149,24 triliun (menggunakan kurs Rp14.000/US$).

Dari neraca keuangan perusahaan tahun lalu juga dapat dilihat bahwa posisi laba ditahan mencapai US$6,01 miliar (Rp84,14 triliun). Menariknya, posisi laba ditahan yang besar tersebut hanya berujung aset lancar sebesar US$1,87 miliar (Rp26,18 triliun).

Aset terbesar yang dimilika PTFI berupa properti serta pabrik dan peralatannya senilai US$6 miliar (Rp84 triliun), dan properti tambang senilai US$1,88 miliar (Rp26,32 triliun).

Kemudian, PTFI juga tak memiliki utang jangka panjang. Sebagian besar total liabilitas perusahaan (US$4,36 miliar) berasal dari pajak yang ditangguhkan (deferred income taxes) sebesar US$1,9 miliar (Rp26,6 triliun) dan kewajiban program pensiun (asset retirement obligations) sebesar US$1,2 miliar (Rp16,8 triliun).



Laporan Laba Rugi
PTFI mampu membukukan pendapatan sebesar US$4,44 miliar, atau sekitar Rp62,16 triliun pada tahun 2017. Jumlah itu mampu meningkat 34,95% dari pendapatan tahun 2016 yang sebesar US$3,29 miliar (Rp46,06 triliun).

Pendapatan PTFI yang melambung cukup signifikan setahun terakhir disumbang oleh penjualan emas yang meningkat nyaris 50% menjadi 1,54 juta ounce pada tahun 2017, serta penjualan perak yang juga naik 1,72% menjadi 2,96 juta ounce tahun lalu.

Di sisi lain, penjualan tembaga PTFI menurun 6,92% ke angka 980,8 juta pound pada tahun 2017.

Kemudian, laba bersih PTFI tercatat sebesar US$1,28 miliar (Rp17,92 triliun) pada tahun lalu, atau mampu melambung sebesar 120% dari laba bersih tahun 2016.

Dengan nilai akuisisi 51% saham PTFI yang berkisar US$3 miliar sampai US$3,5 miliar, atau sekitar Rp50 triliun, seharusnya Indonesia bisa balik modal dalam kisaran 3 tahun saja jika kinerja 2017 tersebut terjaga sampai 3 tahun selanutnya.


Lalu bagaimana dengan cadangan mineral dan bahan tambang yang masih tersimpan di perut bumi pertiwi?
Per 31 Desember 2017, cadangan terbukti dan terkira di lapangan PTFI adalah sebesar 38,8 miliar pound tembaga, 33,9 juta ounce emas, dan 153,1 juta ounce perak. Jumlah tersebut sudah mencakup cadangan di wilayah tambah Kucing Liar yang belum dikembangkan.

Apabila dihitung menggunakan harga rata-rata jangka panjang sebesar US$2/pound untuk tembaga, US$1.000/ounce untuk emas, dan US$15/ounce untuk perak, secara kasar lapangan PTFI masih menyimpan kekayaan senilai US$113,8 miliar, atau setara Rp1.593,2 triliun.


(ags) Next Article 'Harga 51% Saham Freeport Rp 57 T Mahal, Jangan Gegabah'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular