Ini Kata Analis di Media Asing Soal Jokowi Pilih Ma'ruf Amin
Prima Wirayani, ²©²ÊÍøÕ¾
10 August 2018 12:02

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Keputusan Presiden Joko Widodo memilih Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) dalam pemilu presiden 2019 mendatang mengejutkan berbagai pihak. Tidak terkecuali analis dan para pengamat politik.
Beberapa analis yang dikutip media Singapura The Straits Times mengatakan Jokowi saat ini memerlukan figur Islami yang kuat sebagai pasangannya di pilpres mendatang. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk menghalau saingannya yang mungkin saja menyerangnya dengan isu-isu agama namun juga untuk menarik suara pemilih konservatif di Pulau Jawa.
Dalam pilpres tahun 2014 lalu, sang presiden diserang oleh kampanye hitam di internet yang menyebut keluarganya adalah seorang komunis dan ia seorang keturunan China.
Jokowi pun nampaknya menyadari keputusannya itu mengejutkan banyak pihak.
"Mungkin ada beberapa pertanyaan dari masyarakat di seluruh Indonesia mengapa Profesor Dr. Ma'ruf Amin yang dipilih. Itu karena ia seorang figur relijius yang bijaksana," kata Jokowi ketika mendeklarasikan keputusannya hari Kamis (9/8/2018) malam.
"Saya kira kami akan saling melengkapi, nasionalis dan relijius," tambahnya, dikutip dari Reuters.
Analis politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan kepada The Straits Times bahwa pilihan Jokowi menunjukkan keinginannya untuk berkompromi dan mengakomodasi kepentingan berbeda-beda dari berbagai partai politik yang mendukungnya.
Namun, langkah itu tampaknya akan memungkinkan timbulnya poros ketiga dalam pemilihan mendatang.
Setelah berhasil menyelesaikan isu pemilih Muslim, tantangan bagi Jokowi selanjutnya adalah bagaimana menarik perhatian pemilih muda sebab mereka mungkin saja lebih tertarik untuk memilih pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.
Sementara itu, periset di Human Rights Watch, Andreas Harsono, mengritik pilihan Jokowi. Ia mengatakan kepada Reuters bahwa Ma'ruf memiliki peran dalam meningkatnya intoleransi di seluruh penjuru Indonesia.
"Ia mengeluarkan fatwa yang mengutuk kaum minoritas agama dan jender, seperti Ahmadiyah dan LGBT, ketika mereka menjadi sasaran tindakan kekerasan," ujarnya.
"Ia juga mengawasi terbentuknya lembaga yang disebut forum harmoni keagamaan di seluruh penjuru negeri. Forum-forum ini menggantikan prinsip kebebasan beragama, memicu perpecahan, dan lebih berpihak pada mayoritas Islam Sunni," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Ma'ruf menyediakan "tameng yang sangat kuat terhadap serangan politik identitas yang ditujukan kepada Jokowi, yang sering dituduh oleh pihak oposisi 'tidak cukup Muslim dan terlalu pro-minoritas'," kata Direktur Asia untuk Eurasia Group, Paul Mumford, dalam sebuah catatan riset, dikutip dari Bloomberg.com.
Namun, ia tetap memperingatkan bahwa Jokowi tetap rentan terhadap kekuatan makroekonomi global, seperti harga minyak dan turunnya pasar negara-negara berkembang.
"Kekurangan terbesar Jokowi adalah persepsi bahwa ia seorang anti-Islam," kata Achmad Sukarsono, analis Control Risks di Singapura yang dikutip Bloomberg.com.
"Dengan memilih [Ma'ruf] Amin, Jokowi sedang menunjukkan bahwa ia seorang Muslim dan berjuang demi kepentingan kaum Muslim. Dengan demikian, ia berharap dapat mengamankan suara pemilih Muslim," tambahnya.
Namun, tetap saja pilihan Jokowi ini dapat menjadi penenang bagi investor yang selama ini mencemaskan stabilitas politik Indonesia, kata kepala ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih.
"Platform ekonomi Jokowi tidak akan banyak berubah," ujarnya kepada Bloomberg.com. "Investor mungkin mengapresiasi Ma'ruf jika ia mampu menyelesaikan isu agama dan etnis yang telah membuat mereka khawatir selama ini. Ini akan menciptakan stabilitas, sesuatu yang dinantikan investor."
(wed) Next Article Begini Janji Jokowi-Ma'ruf Amin Setahun Lalu, Terpenuhi?
Beberapa analis yang dikutip media Singapura The Straits Times mengatakan Jokowi saat ini memerlukan figur Islami yang kuat sebagai pasangannya di pilpres mendatang. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk menghalau saingannya yang mungkin saja menyerangnya dengan isu-isu agama namun juga untuk menarik suara pemilih konservatif di Pulau Jawa.
Dalam pilpres tahun 2014 lalu, sang presiden diserang oleh kampanye hitam di internet yang menyebut keluarganya adalah seorang komunis dan ia seorang keturunan China.
"Mungkin ada beberapa pertanyaan dari masyarakat di seluruh Indonesia mengapa Profesor Dr. Ma'ruf Amin yang dipilih. Itu karena ia seorang figur relijius yang bijaksana," kata Jokowi ketika mendeklarasikan keputusannya hari Kamis (9/8/2018) malam.
"Saya kira kami akan saling melengkapi, nasionalis dan relijius," tambahnya, dikutip dari Reuters.
Analis politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan kepada The Straits Times bahwa pilihan Jokowi menunjukkan keinginannya untuk berkompromi dan mengakomodasi kepentingan berbeda-beda dari berbagai partai politik yang mendukungnya.
Namun, langkah itu tampaknya akan memungkinkan timbulnya poros ketiga dalam pemilihan mendatang.
Setelah berhasil menyelesaikan isu pemilih Muslim, tantangan bagi Jokowi selanjutnya adalah bagaimana menarik perhatian pemilih muda sebab mereka mungkin saja lebih tertarik untuk memilih pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.
Sementara itu, periset di Human Rights Watch, Andreas Harsono, mengritik pilihan Jokowi. Ia mengatakan kepada Reuters bahwa Ma'ruf memiliki peran dalam meningkatnya intoleransi di seluruh penjuru Indonesia.
"Ia mengeluarkan fatwa yang mengutuk kaum minoritas agama dan jender, seperti Ahmadiyah dan LGBT, ketika mereka menjadi sasaran tindakan kekerasan," ujarnya.
"Ia juga mengawasi terbentuknya lembaga yang disebut forum harmoni keagamaan di seluruh penjuru negeri. Forum-forum ini menggantikan prinsip kebebasan beragama, memicu perpecahan, dan lebih berpihak pada mayoritas Islam Sunni," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Ma'ruf menyediakan "tameng yang sangat kuat terhadap serangan politik identitas yang ditujukan kepada Jokowi, yang sering dituduh oleh pihak oposisi 'tidak cukup Muslim dan terlalu pro-minoritas'," kata Direktur Asia untuk Eurasia Group, Paul Mumford, dalam sebuah catatan riset, dikutip dari Bloomberg.com.
Namun, ia tetap memperingatkan bahwa Jokowi tetap rentan terhadap kekuatan makroekonomi global, seperti harga minyak dan turunnya pasar negara-negara berkembang.
"Kekurangan terbesar Jokowi adalah persepsi bahwa ia seorang anti-Islam," kata Achmad Sukarsono, analis Control Risks di Singapura yang dikutip Bloomberg.com.
"Dengan memilih [Ma'ruf] Amin, Jokowi sedang menunjukkan bahwa ia seorang Muslim dan berjuang demi kepentingan kaum Muslim. Dengan demikian, ia berharap dapat mengamankan suara pemilih Muslim," tambahnya.
Namun, tetap saja pilihan Jokowi ini dapat menjadi penenang bagi investor yang selama ini mencemaskan stabilitas politik Indonesia, kata kepala ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih.
"Platform ekonomi Jokowi tidak akan banyak berubah," ujarnya kepada Bloomberg.com. "Investor mungkin mengapresiasi Ma'ruf jika ia mampu menyelesaikan isu agama dan etnis yang telah membuat mereka khawatir selama ini. Ini akan menciptakan stabilitas, sesuatu yang dinantikan investor."
(wed) Next Article Begini Janji Jokowi-Ma'ruf Amin Setahun Lalu, Terpenuhi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular