²©²ÊÍøÕ¾

'Saya Kritik Prabowo-Sandi yang Selalu Sebutkan Semua Mahal'

Iswari Anggit, ²©²ÊÍøÕ¾
19 November 2018 17:01
Kritikan demi kritikan selalu dilontarkan kepada pemerintahan Jokowi yang dinilai gagal mengendalikan harga bahan pokok.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemilihan presiden 2019-2024 baru akan berlangsung pada April 2019. Akan tetapi, deru kampanye mulai terasa memanas selepas penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) 20 September 2018.

Terdapat dua pasang capres dan cawapres yang akan berkompetisi, yaitu Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin (Koalisi Indonesia Kerja) dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Koalisi Indonesia Adil dan Makmur).

Dalam kampanye, Prabowo-Sandiaga selalu mengusung narasi ekonomi. Kritikan demi kritikan selalu dilontarkan kepada pemerintahan Jokowi yang dinilai gagal mengendalikan harga bahan pokok.

"Emak-emak sekarang punya kepedulian politik yang tinggi. Banyak dari mereka berjuang untuk mencintai negeri. Prabowo-Sandiaga justru karena mendengar jeritan emak-emak selalu mengangkat masalah harga-harga yang kian mahal," kata Anggota BPN Prabowo-Sandiaga Mardani Ali Sera, Sabtu (17/11/2018), dilansir detikcom.



Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai ada yang keliru dari pemaparan program Prabowo-Sandiaga. Kesalahan itu pun sangat mendasar dan filosofis.

"Masyarakat kita dibentuk dengan persepsi mengedepankan harga murah. Saya kritik Prabowo dan Sandi yang selalu sebutkan semua mahal. Kita antibarang mahal. Dari pertanian, tempe mahal, salah, cabe, bawang mahal, salah. Kalau mau semua murah, petani jadi apa? Cepat miskin dia," kata Piter kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (19/11/2018).

'Saya Kritik Prabowo-Sandi yang Selalu Sebutkan Semua Mahal'Foto: Tim Infografis ²©²ÊÍøÕ¾


Menurut dia, pemimpin harus memberikan pemahaman kepada masyarakat. "Kalau tidak apa-apa harga hasil tani mahal, yang terpenting masih bisa dibeli," ujar Piter.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Piter menilai sistem insentif perlu disiapkan. Selama ini, sistem insentif belum ada sehingga petani rentan terhadap kemiskinan.

"Maka itu banyak yang ninggalin pertanian, tidak ada orang tua yang ingin anaknya jadi petani. Petani identik dengan kemiskinan. Selama tidak diubah, maka cita-cita swasembada pangan, itu omong kosong," kata Piter.




(miq/miq) Next Article Rupiah Anjlok, Prabowo-Sandiaga Kritik Keras Jokowi-JK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular