²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Kenapa Pemilu India Penting bagi Investor?

Wangi Sinintya Mangkuto, ²©²ÊÍøÕ¾
12 April 2019 14:32
Kenapa Pemilu India Penting bagi Investor?
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pelaksanaan pesta demokrasi terbesar di dunia baru saja dimulai.

Sekitar 900 juta pemilih India membuat keputusan yang dapat memengaruhi bahkan perusahaan-perusahaan terbesar asal Amerika Serikat (AS), seperti Amazon dan Walmart, dalam pemilu Kamis (11/4/2019).


Sementara hasilnya belum akan diumumkan hingga 23 Mei, investor membaca dan melihat apa yang mungkin terjadi di masa depan terkait perdagangan dan peraturan perusahaan asing.

"Jika Modi terpilih kembali, pasar akan memiliki asumsi yang lebih luas tentang apa yang diharapkan. Belum jelas seperti apa program reformasi Partai Kongres dan partai-partai regional," kata Richard Rossow, Ketua Wadhwani dalam studi kebijakan AS-India di Centre for Strategic and International Studies, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, Jumat (12/04/2019).

Perusahaan konsultan geopolitik Eurasia Group memperkirakan PM Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata-nya menang dengan membentuk koalisi. Jika BJP tidak memenangkan mayoritas di Lok Sabha, majelis rendah parlemen, kemampuan Modi akan terbatas untuk meloloskan reformasi ekonomi yang penting bagi pembangunan negara itu sebagai sebuah pasar global.

Kenapa Pemilu India Penting bagi Investor?Foto: Perdana Menteri India Narendra Modi dan ketua Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India, Amit Shah, saling menyapa. (REUTERS / Adnan Abidi)

Skenario koalisi bisa berarti "lebih sedikit kebebasan dalam mendorong reformasi," kata analis Eurasia Akhil Bery.

Berikut adalah hal-hal yang terdampak hasil pemilu India.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA

Ritel, terutama online, telah menjadi titik fokus penting bagi investor. Tetapi analis industri khawatir bahwa upaya ekspansi di India terhambat oleh regulasi.

Sementara India adalah salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, pengangguran masih meningkat dan mengancam prospek pertumbuhan negara itu.

Data terbaru menunjukkan pengangguran sebesar 6,1%, tertinggi dalam 45 tahun.

"Perdagangan digital akan menyumbang sebagian besar pertumbuhan ekonomi India. India akan membuat keputusan tentang jenis kerangka kerja peraturan yang diterapkannya," kata Nisha Biswal, kepala India Business Council di Kamar Dagang AS.

Setelah mendapat penolakan dari peritel dan bisnis kecil dalam negeri, pemerintah India baru-baru ini meluncurkan aturan e-commerce baru terkait perusahaan asing yang menyasar ekspansi Amazon dan Walmart di negara itu.

Walmart mengakuisisi raksasa ritel online India, Flipkart, sebesar US$ 16 miliar (Rp 226 triliun) tahun lalu.

"Kami telah melihat sedikit perubahan menjadi lebih protektif karena pemerintah berfokus melindungi pengecer lokal," kata Dinesh Moorjani dari Comcast Ventures.


BERLANJUT KE HALAMAN TIGA


Setelah surat suara dihitung, pemenang harus menghadapi masalah perdagangan yang tengah berlangsung dengan Washington. AS mengancam menghapus status perdagangan preferensial India yang akan meningkatkan ketegangan antara kedua negara.

"Ada banyak ketegangan khususnya dalam hubungan perdagangan AS-India, dan ini sudah lama, siapa saja yang sudah mengetahui masalah ini tidak akan terkejut," kata Alyssa Ayres, rekan senior untuk Asia Selatan di Council on Foreign Relations.

CSIS setuju dan mengatakan perang dagang dengan India telah berlangsung "cukup lama."

"India ditambahkan ke daftar pengawasan manipulasi mata uang tahun lalu. Dan tarif Pasal 232 terhadap produsen baja dan aluminium memukul India lebih keras dibandingkan China. India adalah eksportir baja yang lebih besar ke AS dibanding China," kata Rossow.

India meminta pengecualian, tetapi ditolak. New Delhi kemudian mengancam menjatuhkan bea impor pembalasan, namun hingga saat ini belum dilaksanakan.

Ada sejumlah masalah perdagangan lain yang dapat mempersulit perusahaan asing untuk meningkatkan posisi mereka di India, kata Ayres, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil asisten menteri luar negeri AS untuk Asia Selatan tahun 2010 dan 2013.

Dia mengatakan hal tersebut termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual, batas harga peralatan medis, dan batasan penanaman modal asing.


BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT


Tetapi perusahaan dan investor dapat terus mengarahkan modal ke India terlepas dari sengketa perdagangan yang sedang terjadi.

India adalah pasar yang sangat besar dan hanya dalam 3 tahun diperkirakan akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia. Sekitar 500 juta penduduknya adalah pengguna internet dan setengah dari populasi India berusia di bawah 25 tahun.

Demografi tersebut telah memikat perusahaan seperti Netflix, YouTube, dan Amazon, yang telah mengucurkan uang untuk menghasilkan konten lokal bagi konsumen India.

John Chambers, chairman Forum Kemitraan Strategis AS-India, mengatakan India dan Amerika Serikat tidak dapat dipisahkan.

"Selama para pemimpin pemerintah kita melakukannya dengan benar, saya pikir anda akan melihat ini terus berkembang sebagai hubungan paling strategis bagi kedua belah pihak," kata Chambers, yang juga ketua emeritus Cisco.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular