²©²ÊÍøÕ¾

Cerita di Balik Blackout Jawa-Bali Agustus 2019

Yuni Astutik, ²©²ÊÍøÕ¾
24 September 2019 18:40
 Black out atau pemadaman massal yang terjadi pada 4 Agustus 2019 menjadi pelajaran penting bagi PLN.
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Black out atau pemadaman massal yang terjadi pada 4 Agustus 2019 menjadi pelajaran penting bagi PLN. Salah satu yang sempat disoroti atas kejadian itu adalah PLTU Suralaya yang memasok listrik untuk Jawa, Madura dan Bali.

"Ini jangan salah ya, ibaratnya Suralaya mati belakangan, ibarat petinju di pertahanan terakhir," kata Direktur 1 Operasi PT Indonesia Power, M Hanafi Nur Rifai di Kantornya, Cilegon, Selasa (24/9/219).


PT Indonesia Power merupakan anak usaha PLN yang membawahi PLTU Suralaya. Pihaknya berjanji akan memperbaiki defense scheme dan memperbaiki pola koordinasi dengan semua pihak. Namun perbaikan tersebut bukan berarti salah satu penyebab black out adalah lemahnya koordinasi.

"Semua berjalan sesuai SOP-nya, cuma sistem kan berkembang terus makanya kita perbaiki," ujarnya lagi.

Dia menjelaskan, dalam melakukan perbaikan, PLTU memang tak bisa berjalan sendiri. Sebab, PLTU tak seperti PLTA, PLTG dan PLTD yang memang menunggu pasokan daya dari pembangkit lain.

Menanggapi hal itu, Vice President Public Relation PLN Dwi Suryo Abdullah juga angkat bicara. Dia menjelaskan mengapa PLTU Suralaya terkesan tak bisa langsung bisa beroperasi saat kejadian black out terjadi.

"Suralaya kala itu sudah lepas dari daya 500 KV, waktu itu sudah berusaha bertahan 1 atau 2 unit. Setidaknya 6 jam Suralaya lepas dari sistem," katanya.

Maksudnya, PLTU Suralaya waktu untuk bisa berjalan normal. Bahkan dibutuhkan beberapa waktu untuk bisa start awal, atau yang disebut cool start up.

"Ini tak bisa dilakukan 7 unit sekaligus. Harus secara bertahap. PLTU Suralaya lama, tak seperti genset 6 menit langsung normal speed," tegasnya.


Atas insiden itu, hingga pukul 3 dinihari di hari berikutnya pada (5/8/2019) unit 3 baru bisa beroperasi normal. Uap yang sebelumnya telah berubah menjadi air sudah terbentuk sehingga bisa menggerakkan turbin. Kemudian normal speed sudah terjadi, yang akhirnya generator menghasilkan listrik dengan daya 500 KV.

"Tak bisa langsung 400 MW. Bertahap 10,20,30,40% terus sampai 70-80% beban itu, setelah dimasukkan sistem, barulah unit yang lain," tandasnya.

[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]




(dob/dob) Next Article Bantah Sumbang Polusi ke DKI, Ini Penjelasan PLTU Suralaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular