²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

China Pusing Mie Instan Laku Keras, Tanda Ekonomi Melambat?

Sefti Oktarianisa, ²©²ÊÍøÕ¾
07 October 2019 12:17
Pemerintah China kini tengah khawatir akibat meningkatnya penjualan mie instan di negara itu
Foto: Ilustrasi mie instan (Designed by Freepik)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah China kini tengah khawatir akibat meningkatnya penjualan mie instan di negara itu. Bahkan, ini menjadi kontroversi, apakah hal tersebut sinyal ekonomi tengah menurun.

Naiknya penjualan mie instan dikaitkan dengan melemahnya belanja konsumen. Padahal pengeluaran domestik sangat membantu ekonomi China di tengah ketidakpastian perang dagang dengan AS.


"Jika masyarakat menahan pengeluaran mereka, ini berarti pertumbuhan ekonomi melemah, bahkan lebih cepat dari yang dibayangkan," tulis South China Morning Post, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (7/10/2019).

Konsumsi mie instan di China dan Hong Kong turun signifikan setelah 2014. Murahnya bahan pokok menjadi penyebab.

Penjualan mie instan jeblok 38,5 miliar bungkus di 2016. Tapi meningkat lagi 40 miliar bungkus di 2018.

Mie instan adalah ikon produk konsumer yang menjadi simbol cepatnya industrialisasi di China selama 40 tahun. Penjualan mie instan di China tumbuh seiring kenaikan kelompok buruh dan turun seiring tumbuhnya kelompok menengah, dengan pendapatan lebih baik.


Karena perannya yang sangat penting, mie instan menjadi salah satu indikator kenaikan pendapatan di China. Semakin rendah pendapatan, maka warga akan mencari alternatif makanan yang lebih murah.

Selain mie instan, mobil juga menjadi indikator lainnya. Menurut dana Asosiasi Manufaktur Automobil China, penjualan mobil di China juga turun selama 15 bulan terakhir hingga Agustus.

Analis melihat ini sebagai kombinasi turunnya pendapatan, meningkatnya utang dan kekhawatiran akan masa depan pekerjaan, yang akhirnya membuat konsumen berhemat.

Di 2018, Asosiasi Mie Instan Dunia melaporkan setidaknya ada 5 negara dengan penjualan mie instan terbanyak di dunia. China menempati posisi pertama dengan 40,3 miliar bungkus, Indonesia 12,5 miliar bungkus, India 6,1 miliar bungkus, Jepang 5,8 miliar bungkus, dan Vietnam 5,2 miliar bungkus.

Meski demikian, media pemerintah China membantah keterkaitan antara penjualan mie instan dan pelemahan ekonomi ini. "Ini bukan karena konsumen mengurangi penjualan mereka tetapi karena perusahaan telah memanfaatkan peluang pasar bagi orang-orang China untuk meningkatkan konsumsi mereka melalui diversifikasi dan inovasi produk premium (hig-end)" jelas artikel itu.

Tingyi Holding, produsen mie instan terbesar di China, melaporkan penjualan naik 3,68% di 2018 menjadi 11,5 miliar yuan. Pertumbuhan penjualan terjadi khususnya pada produk mie instan premium, yang harganya hingga 24 yuan per paket, lebih mahal dari mie yang dijual di restoran.

[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]


(sef/sef) Next Article Setelah Babi, Sekarang China Pusing Gara-gara Mie Instan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular