²©²ÊÍøÕ¾

Yakin Mau #OleOut, MU?

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
07 October 2019 12:57
Yakin Mau #OleOut, MU?
Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer (Action Images via Reuters/Lee Smith)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tren negatif masih menghinggapi klub sepakbola Inggris, Manchester United (MU). Sepertinya nasib manajer Ole Gunnar Solskjaer berada di ujung tanduk.

Di jagat Twitter, tagar (hashtag) #OleOut menggema dan menjadi topik paling populer di Indonesia. Topik Man Utd menyusul di bawahnya.

Twitter

Malam tadi waktu Indonesia, United kalah 0-1 kala bertandang ke markas Newcastle United. Kekalahan ini membuat United tercecer di peringkat 12 klasemen sementara Liga Primer Inggris dengan perolehan 9 poin dari 8 laga. Berselisih 15 angka dari sang pemuncak, Liverpool.

Performa minor United bukan cuma kala berhadapan dengan The Magpies malam tadi. Entah kebetulan atau tidak, penampilan David de Gea dan kolega memang menurun sejak Solskjaer ditunjuk menjadi manajer permanen menggantikan Jose Mourinho.

The Baby-faced Assassin menjadi komandan ruang ganti United pada 28 Maret. Selepas itu, United sudah menjalani 17 laga di Liga Primer dengan hasil empat kali menang, lima kali seri, dan tujuh kali kalah. Sebagai perbandingan, Liverpool menang di 17 pertandingan terakhir mereka di Liga Primer.


Oleh karena itu, wajar jika para penggemar United meradang. Mereka meminta Solskjaer mundur dari posisinya.

Namun, apakah mencopot Solskjaer akan mengobati 'penyakit' United? Apakah akan ada jaminan Setan Merah bakal membaik setelah tidak lagi dikomandoi oleh Solskjaer?

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Sebenarnya nestapa United musim ini adalah puncak dari salah kelola sejak enam tahun terakhir, sejak ditinggalkan oleh manajer legendaris Sir Alex Ferguson. Selepas era Ferguson, United mencoba mencari pengganti dalam diri David Moyes, Louis van Gaal, Mourinho, dan Solskjaer. Semuanya belum bisa menyamai, bahkan mendekati pencapaian Ferguson.

Prestasi terbaik United adalah kala diasuh oleh Mourinho. The Special One membawa United finis di posisi runner-up Liga Primer musim 2017/2018. Plus gelar Piala Liga dan Liga Europa.

Namun pada musim 2018/2019, penampilan United melorot lagi. Pada akhir musim, United berada di peringkat 6 dengan selisih 32 poin dari sang juara, Manchester City. Mourinho dipecat, dan Solskjaer masuk.


Sejak musim 2013/2014, United sudah membelanjakan EUR 1,05 miliar untuk pembelian pemain. Talenta yang datang pun bukan kaleng-kaleng, melainkan kelas dunia macam Angel di Maria, Romelu Lukaku, Henrikh Mkhitaryan, Memphis Depay, Daley Blind, sampai Alexis Sanchez. Dana untuk merekrut mereka juga tidak murah.




Namun apa yang terjadi sekarang? Semua nama-nama besar itu sudah tidak ada di daftar pemain United. Sudah dijual atau dipinjamkan ke klub lain.

Artinya, United sudah keluar uang begitu banyak tetapi hasilnya minim (kalau tidak mau dibilang sia-sia). Akhirnya apa, United hanya punya Marcus Rashford, Daniel James, dan Andreas Pereira di lini depan kala menghadapi Newcastle. Pelapis mereka adalah Mason Greenwood, jebolan akademi yang baru berumur 18 tahun.

Wow. Just wow.

Ke mana uang lebih dari EUR 1 miliar itu? Setelah keluar uang begitu besar, mengapa United sampai tidak punya striker top? Mengapa lini tengah United tadi malam 'hanya' diisi oleh Juan Mata, Scott McTominay, dan Fred?


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)



Salah urus, sudah jelas itu. United yang gonta-ganti pelatih membuat mereka tidak punya identitas, tidak punya gaya bermain yang jelas.

Josep 'Pep' Guardiola di Manchester City punya ciri khas possesion football, Juergen Klopp di Liverpool adalah fans berat gegenpressing. Keduanya mencari pemain yang sesuai dengan kebutuhan gaya permainan, sehingga sedikit sekali pemain yang sudah dibeli mahal tetapi akhirnya yang terbuang sia-sia.

Berbeda di United, pemain top direkrut dulu walau biayanya selangit. Urusan cocok atau tidak untuk tim, sesuai dengan kebutuhan pelatih, soal belakangan. Beli dulu, berpikir kemudian. Akibatnya ya itu tadi, pemain sekelas Di Maria dan Alexis pun terbuang.

Solskjaer mencoba memperbaiki hal itu. Musim ini, Solskjaer tidak mau gebyah uyah dengan mengambil pemain-pemain bintang berharga mahal. Pembelian yang lebih fokus itu menghasilkan tiga nama yaitu James, Aaron Wan Bissaka, dan Harry Maguire.

Harganya memang mahal, tetapi sejauh ini kontribusi ketiganya lumayan oke. Oleh karena itu, sebenarnya Solskajer sudah membawa United ke jalan yang benar. Dia mencoba membangun kerangka tim sesuai dengan visinya. Itu dimulai dengan merekrut James, Wan Bissaka, dan Maguire.


Apabila Solskjaer benar-benar dipecat, maka United akan memulai lagi dari nol. Pelatih baru, visi baru, pemain baru. Akan butuh waktu lebih lama bagi buat United untuk membentuk tim yang matang bin mapan.

Jadi, sebaiknya United bersabar dengan Solskjaer. Percayalah, memecat Solskjaer tidak akan menyelesaikan masalah bahkan mungkin malah menambah masalah. Beri dia waktu, kepercayaan dan tentunya uang untuk membangun tim sesuai dengan visinya.

#OleOut bukan solusi...


TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular