
Saat Dolar Rp 14.000-an, Pengusaha Ini Senang Bukan Main
Yuni Astutik, ²©²ÊÍøÕ¾
16 October 2019 16:30

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah terhadap dolar AS dinanti-nanti oleh para eksportir. Pengusaha eksportir termasuk UKM senang rupiah mencapai Rp14.000-an per dolar AS.
Saat ini nilai tukar rupiah memang fluktuatif, tapi dalam tren menguat dalam beberapa bulan terakhir. Pada Mei 2019, rupiah sempat pada titik terendah Rp 14.520 per dolar AS, tapi pada pekan kedua Oktober rupiah menguat ke angka Rp 14.120-an per dolar AS.
"Saya senang dolar Rp 14.000-an. Bahan baku semua lokal, tapi nilai jualannya naik. Makanya saya berharap dolarnya naik terus," kata Pengusaha sepatu BDC Bandung, Euis Supriati saat ditemui di booth miliknya, dalam "TEI ke-34" di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10/2019).
Alas kaki buatannya yang berbahan kulit sudah menembus pasar Nigeria. Per item, sendal-sendal tersebut dijual sebesar US$ 8,5 atau sekitar Rp 113 ribu. Selain Nigeria, targetnya sendal merek Rionard buatannya akan diekspor ke Taiwan, Afrika Selatan, dan Timur Tengah.
"Itu untuk sendal. Kalau sepatu baru Filipina. Ada yang lagi yang berminat sepatu, tapi harga belum cocok," ujarnya.
Euis Supriati merupakan salah satu binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Pelatihan khusus bagi UKM ini memang menjadi salah satu jembatan bagi pengusaha untuk bisa bersaing di pasar ekspor.
Melalui program Coaching Program For New Exporter (CPNE), LPEI melakukan pendampingan, pelatihan packaging, bagaimana membuat desain yang baik, bagaimana memasarkan, juga bagaimana meng-handle order.Â
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan, UKM binaan merupakan peserta  Coaching Program For New Exporter (CPNE) yang telah mendapatkan pelatihan serta pendampingan dari LPEI selama satu tahun ini.
"Sejak program CPNE dijalankan sudah ada 2.200 UKM Berorientasi Ekspor yang mengikuti pelatihan CPNE," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Buka Trade Expo, JK Sampaikan Pesan Perpisahan
Saat ini nilai tukar rupiah memang fluktuatif, tapi dalam tren menguat dalam beberapa bulan terakhir. Pada Mei 2019, rupiah sempat pada titik terendah Rp 14.520 per dolar AS, tapi pada pekan kedua Oktober rupiah menguat ke angka Rp 14.120-an per dolar AS.
"Saya senang dolar Rp 14.000-an. Bahan baku semua lokal, tapi nilai jualannya naik. Makanya saya berharap dolarnya naik terus," kata Pengusaha sepatu BDC Bandung, Euis Supriati saat ditemui di booth miliknya, dalam "TEI ke-34" di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10/2019).
Alas kaki buatannya yang berbahan kulit sudah menembus pasar Nigeria. Per item, sendal-sendal tersebut dijual sebesar US$ 8,5 atau sekitar Rp 113 ribu. Selain Nigeria, targetnya sendal merek Rionard buatannya akan diekspor ke Taiwan, Afrika Selatan, dan Timur Tengah.
"Itu untuk sendal. Kalau sepatu baru Filipina. Ada yang lagi yang berminat sepatu, tapi harga belum cocok," ujarnya.
Euis Supriati merupakan salah satu binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Pelatihan khusus bagi UKM ini memang menjadi salah satu jembatan bagi pengusaha untuk bisa bersaing di pasar ekspor.
Melalui program Coaching Program For New Exporter (CPNE), LPEI melakukan pendampingan, pelatihan packaging, bagaimana membuat desain yang baik, bagaimana memasarkan, juga bagaimana meng-handle order.Â
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan, UKM binaan merupakan peserta  Coaching Program For New Exporter (CPNE) yang telah mendapatkan pelatihan serta pendampingan dari LPEI selama satu tahun ini.
"Sejak program CPNE dijalankan sudah ada 2.200 UKM Berorientasi Ekspor yang mengikuti pelatihan CPNE," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Buka Trade Expo, JK Sampaikan Pesan Perpisahan
Most Popular