
Keren! Petani Ini Ekspor Olahan Teh ke Korea Selatan
Leidy Febian, ²©²ÊÍøÕ¾
12 March 2020 18:54

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Produk olahan Indonesia terus berkembang, selain jenisnya juga sudah mengadopsi teknologi informasi (TI). Misalnya, sekelompok petani lokal berhasil mengembangkan traceability product dan IT sistem untuk produk makanan rice crackers dan maca.
Kedua produk olahan itu dibuat dari tepung yang berbahan baku teh. Selain itu, mereka juga mampu menciptakan inovasi wae tea yang tidak menggunakan mesin.
"Saya tertarik dengan bisnis teh itu karena punya keinginan besar agar para petani menjadi entrepreneur. Jadi mereka bukan saja jadi petani, melainkan harus memiliki usaha tani," ujar Pendiri Arafa Tea, Ipah Kamis (12/3).
Ipah mengatakan, bisnisnya semakin berkembang pesat setelah banyak permintaan ekspor untuk produk teh hitam, teh oolong, teh hijau dan teh putih. Belakangan, kata Ipah, bisnisnya tengah mengembangkan teh Krosok khas Yogjakarta untuk pasar lokal.
"Alhamdulillah dari tahun 2014 kita sudah ekspor ke Korea Selatan kurang lebih 1 kontainer untuk pengiriman 2 kali dalam setahun," katanya.
Selanjutnya, Ipah mengaku saat ini sedang mengembangkan minuman teh yang dipadukan dengan rempah dari wilayah Indonesia Timur. Menurutnya, produk teh rempah memiliki minat di kalangan masyarakat Asia timur, terutama dari negara Qatar.
"Produk teh rempah sangat laku di negara Qatar. Kami selalu siap jika mereka membutuhkan dengan jumlah yang banyak," katanya.
Ipah dan kelompoknya berhasil membina para petani dari berbagai Gapoktan di wilayah Sukabumi, Cianjur, Cianjur Selatan, Cidaun, Bandung Barat, Pangheotan, Pasir Jambu, Garut, dan Pangalengan.
"Terus terang saya harus berterima kasih kepada Kementerian Pertanian karena mereka banyak bantu. Termasuk dalam membesarkan bisnis petani dengan eksibisi dan pembukaan market bagi nilai jual teh. Kemudian kita bisa melibatkan banyak anak-anak mudanya berkat program petani milenial," katanya.
Dirinya merasa kini anak milenial di kampungnya bisa berkembang tidak hanya soal produksi, tapi juga belajar pemasaran produk. Selain itu buruh tani juga kini dapat menikmati hasil upah kerjanya yang lumayan.
"Alhamdulilah buruh tani juga lebih sejahtera karena mereka mendapat upah yang lumayan. Petaninya punya lahan dan tanaman, buruhnya dapat manfaat yang besar juga dari korporasi petani yang kami bangun," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Jokowi Sempat 'Ngamuk' Soal Pupuk, Mentan Komentar Begini
Kedua produk olahan itu dibuat dari tepung yang berbahan baku teh. Selain itu, mereka juga mampu menciptakan inovasi wae tea yang tidak menggunakan mesin.
"Saya tertarik dengan bisnis teh itu karena punya keinginan besar agar para petani menjadi entrepreneur. Jadi mereka bukan saja jadi petani, melainkan harus memiliki usaha tani," ujar Pendiri Arafa Tea, Ipah Kamis (12/3).
Ipah mengatakan, bisnisnya semakin berkembang pesat setelah banyak permintaan ekspor untuk produk teh hitam, teh oolong, teh hijau dan teh putih. Belakangan, kata Ipah, bisnisnya tengah mengembangkan teh Krosok khas Yogjakarta untuk pasar lokal.
"Alhamdulillah dari tahun 2014 kita sudah ekspor ke Korea Selatan kurang lebih 1 kontainer untuk pengiriman 2 kali dalam setahun," katanya.
Selanjutnya, Ipah mengaku saat ini sedang mengembangkan minuman teh yang dipadukan dengan rempah dari wilayah Indonesia Timur. Menurutnya, produk teh rempah memiliki minat di kalangan masyarakat Asia timur, terutama dari negara Qatar.
"Produk teh rempah sangat laku di negara Qatar. Kami selalu siap jika mereka membutuhkan dengan jumlah yang banyak," katanya.
Ipah dan kelompoknya berhasil membina para petani dari berbagai Gapoktan di wilayah Sukabumi, Cianjur, Cianjur Selatan, Cidaun, Bandung Barat, Pangheotan, Pasir Jambu, Garut, dan Pangalengan.
"Terus terang saya harus berterima kasih kepada Kementerian Pertanian karena mereka banyak bantu. Termasuk dalam membesarkan bisnis petani dengan eksibisi dan pembukaan market bagi nilai jual teh. Kemudian kita bisa melibatkan banyak anak-anak mudanya berkat program petani milenial," katanya.
Dirinya merasa kini anak milenial di kampungnya bisa berkembang tidak hanya soal produksi, tapi juga belajar pemasaran produk. Selain itu buruh tani juga kini dapat menikmati hasil upah kerjanya yang lumayan.
"Alhamdulilah buruh tani juga lebih sejahtera karena mereka mendapat upah yang lumayan. Petaninya punya lahan dan tanaman, buruhnya dapat manfaat yang besar juga dari korporasi petani yang kami bangun," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Jokowi Sempat 'Ngamuk' Soal Pupuk, Mentan Komentar Begini
Most Popular