
Harga-Harga Pangan di Dunia Mulai Naik, Tanda Apa Ini?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Organisasi Pangan dunia (FAO) melaporkan bahwa harga pangan pada bulan Juni mengalami kenaikan. Hal ini bisa mencerminkan bahwa roda perekonomian mulai berputar kembali setelah sempat mandek hampir dua bulan akibat lockdown untuk mengendalikan wabah corona.
FAO Food Price Index (FFPI) di bulan Juni rata-rata berada di level 93.2 atau naik 2,2 poin (2,4%) dibanding bulan Mei, sekaligus menandai kenaikan pertama sejak awal tahun yang trennya terus menurun.
FFPIÂ tiap bulannya memonitor harga lima komoditas pangan dan pertanian global. Kelima komoditas tersebut antara lain sereal, minyak nabati, susu, daging dan gula.
Dari kelima komoditas tersebut tiga di antaranya mengalami kenaikan indeks (minyak nabati, susu dan gula). Sementara itu indeks harga sereal dan daging masih melemah.Â
Rata-rata indeks harga sereal di bulan Juni berada di 96,9. Turun 0,6% dari bulan Mei. Harga gandum bulan lalu cenderung menurun sebagai akibat dari periode panen di belahan bumi bagian utara. Harga beras juga mulai turun seiring dengan lambatnya aktivitas perdagangan serta pergerakan mata uang di negara eksportir.
Harga Shorgum dan Barley juga turun bulan lalu sebagai imbas dari produksi yang baik dan penurunan permintaan import secara global.
Indeks harga minyak nabati pada Juni rata-rata berada di 88,6 atau naik 11% setelah mengalami penurunan beruntun sejak awal tahun. Ekspor minyak sawit dari produsen yang meningkat pada Juni menjadi faktor yang memicu peningkatan harga.
Jika mengacu pada survei dari Societe Generale de Surveilance, ekspor minyak sawit dari Negeri Jiran mengalami kenaikan hingga 21% menjadi 1,5 juta ton dibanding bulan Mei. Membaiknya permintaan global juga turut membuat harga minyak nabati lain seperti minyak biji bunga matahari dan rapeseed mengalami kenaikan.
Untuk harga susu juga mengalami kenaikan pada bulan Juni. Rata-rata indeks harga susu bulan lalu naik 4% dari bulan Mei menjadi 98,2. Meningkatnya permintaan impor dari Timur Tengah serta Asia Timur disertai dengan penurunan suplai di negara-negara produsen seperti Uni Eropa dan Oceania memicu kenaikan harga.
Berdasarkan laporan FAO, harga daging pada bulan lalu turun tipis 0,6% dengan rata-rata berada di level 95,2. Harga daging unggas dan sapi cenderung turun seiring dengan pasokan di negara eksportir yang cenderung tinggi.Â
Terakhir, FAOÂ mencatat harga gula mengalami kenaikan. Indeks harga gula di bulan Juni berada di rata-rata 75 atau naik 10,6% dari bulan Mei. Naiknya harga minyak mentah juga mendorong harga gula naik.Â
Pasalnya Brazil sebagai salah satu produsen gula terbesar di dunia cenderung menggunakan pasokan tebunya untuk membuat etanol sehingga mempengaruhi ketersediaan ekspor gulanya.Â
Selain itu, mangkraknya berbagai komoditas ekspor di pelabuhan Brazil akibat upaya penanganan wabah virus corona juga menimbulkan disrupsi rantai pasok yang membantu mendongkrak harga gula.
Memasuki bulan Mei, memang banyak negara yang mulai melakukan relaksasi ±ô´Ç³¦°ì»å´Ç·É²Ô.ÌýTerutama negara-negara di kawasan Benua Biru. Pelonggaran pembatasan yang dilakukan banyak negara memang memicu terdongkraknya permintaan.Â
Jika mengacu pada social distancing index versi Citi, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat di berbagai negara mulai kurang memperhatikan aspek jaga jarak. Angka mendekati nol artinya orang-orang mulai tidak mengindahkan aspek jaga jarak.Â
Beberapa indikator mobilitas lain juga menunjukkan bahwa roda perekonomian mulai kembali bergerak. Kemacetan di kota-kota besar seperti di New York, Moscow dan Shang Hai mulai tampak normal.
![]() |
![]() |
![]() |
Di sisi lain, mobilitas melalui jalur udara juga sudah mulai membaik memasuki bulan Juni. Berdasarkan data flightradar24, rata-rata jumlah penerbangan per hari hingga Rabu kemarin (24/6/2020) mencapai 52.000 penerbangan.
Angka tersebut jauh lebih baik dari titik rendahnya yang tercatat pada 12 April lalu dengan jumlah penerbangan hanya mencapai angka 24.000 saja. Padahal saat Februari lalu, lebih dari 100.000 penerbangan terjadi dalam sehari.
Indikator-indikator tersebut seolah menunjukkan bahwa ekonomi global mulai memasuki fase 'kebangkitan'. Namun ada juga yang perlu digarisbawahi bahwa kenaikan harga pangan yang terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh membaiknya permintaan tapi juga disrupsi rantai pasok sebagai konsekuensi dari merebaknya pandemi covid-19 yang membuat khawatir banyak negara di dunia.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Cabai-Cabaian Tak Biasanya Naik Tipis, Ada Apa?