
Ribuan Mobil Pribadi Tinggalkan DKI, Pebisnis Bus Gigit Jari!
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ramainya pergerakan orang pada momentum libur panjang pekan ini rupanya tak terlalu menuai berkah bagi para operator bus. Pasalnya, kecenderungan orang bepergian saat ini didominasi menggunakan mobil pribadi. Jasa Marga mencatat pada Selasa (27/10) ada 147 kendaraan yang meninggalkan Jakarta terkait libur panjang.
Vice President Director Lorena Transport Group, Eka Sari Lorena, mengaku memang terdapat peningkatan okupansi penumpang namun jumlahnya tidak signifikan.
"Ada pengaruhnya karena semua orang udah bosen ya tinggal di rumah ya. Jadi ada peningkatan tapi tidak signifikan," ujarnya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (28/10/20).
Dalam beberapa hari terakhir sampai hari ini, ia terus memonitor traffic lalu lintas di jalan. Memang, kepadatan banyak terjadi di sejumlah ruas utama baik tol maupun jalan arteri. Hanya saja, kepadatan itu lebih disumbangkan oleh banyaknya kendaraan pribadi.
"Termasuk hari ini, yang berpergian menggunakan jalan raya bebas hambatan itu, jalan tol, adalah kendaraan kendaraan pribadi," imbuhnya.
Selain itu, tren rute bepergian juga masih didominasi oleh jarak dekat dan menengah. Inilah yang membuat trayek-trayek bus jarak jauh belum terlalu ramai.
"Kebanyakan itu mereka berpergiannya ke arah perjalanan yang hanya jarak pendek maupun jarak menengah. tidak banyak ke jarak panjang. Jadi kalau saya lihat jalan raya dan saya lihat datanya 70% adalah kendaraan pribadi bukan kendaraan umum yang saat ini berada di jalan raya," ucapnya.
Ia menegaskan bahwa bisnis transportasi darat mulai terpukul sejak Februari 2020. Eka Sari Lorena terang-terangan lini bisnis usahanya mengalami tantangan yang cukup signifikan sejak saat itu.
"Karena yang bepergian juga sangat berkurang, lebih dari 80% dan memang tidak dianjurkan untuk orang bepergian. Sehingga jumlah yang beroperasi rata-rata hanya 20%," katanya.
Hal ini berdampak pada performa bisnis perusahaan operator bus secara umum. Dikatakan, kalau dirata-rata saja kurang lebih terjadi kontraksi penurunan pendapatan sampai dengan 80%.
"Saat ini yang beroperasi kurang lebih di usaha transportasi ini adalah maksimum 50% yang masih ada yang bisa survive. Dan kita bisa lihat bahwa depan ini, kemarin sempat ada peningkatan ya waktu PSBB di Jakarta itu direlaksasi ya. Tapi begitu ada pengetatan kembali (turun lagi), karena kebanyakan memang yang melakukan kegiatan usaha umumnya ada dari Jakarta fokusnya," katanya.
"Jadi ya kita lihat ke depan bagaimana pemerintah juga bekerjasama dengan operator ya agar perusahaan perusahaan ini bisa bertahan dan survive. Kebetulan kita perusahaan lama ya, jadi kantor-kantor kita miliki pribadi dan kendaraannya juga mayoritas sudah lunas mungkin berbeda dengan perusahaan yang kendaraannya tidak banyak dan semuanya kredit tentu tantangannya beda lagi," lanjutnya.
(hoi/hoi) Next Article Mudik Lebaran Lewat! 147 Ribu Mobil Tinggalkan Jakarta