
RI Punya 'Harta Karun' Nikel Miliaran Ton, Segini Produksinya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia dikarunia 'harta karun' nikel yang sangat melimpah, bahkan cadangannya sampai miliaran ton. Melalui Holding BUMN Industri Baterai atau Indonesia Battery Corporation (IBC), Indonesia juga bercita-cita menjadi raja baterai.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun mengatakan bahwa Indonesia memiliki posisi daya tawar yang kuat untuk menggaet investor.
Hal ini terutama karena Indonesia dianugerahi sumber daya nikel hingga miliaran ton dan produksi bijih nikel hingga 21 juta ton per tahun, serta menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI).
"Dengan potensi (nikel) yang besar, kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat," ungkap Luhut dalam acara 'Pembekalan Kunjungan Lapangan Isu Strategis Nasional Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ke-61' kemarin, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Jumat (18/6/2021).
Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan.
"Kita juga nggak boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita," sambungnya.
Lantas, dengan besaran cadangan miliaran ton, berapa besar produksi logam nikel RI?
Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (18/06/2021), produksi Nickel Pig Iron (NPI) pada tahun ini ditargetkan mencapai 901.080 ton, naik tipis dari realisasi produksi pada 2020 yang mencapai 860.484,35 ton.
Hingga Mei 2021, tercatat produksi Nickel Pig Iron mencapai 327.387,86 ton. Artinya, baru sekitar 36% dari target produksi pada tahun ini.
Adapun rinciannya, yakni bulan Januari sebesar 68.928,02 ton, lalu naik di bulan Februari menjadi sebesar 74.801,70 ton, Maret kembali naik menjadi sebesar 77.923,55 ton, kemudian di bulan April turun menjadi 73.371,16 ton, dan kembali turun menjadi pada bulan Mei menjadi 32.363,43 ton.
Sedangkan untuk produksi feronikel pada 2021 ini ditargetkan mencapai 2,11 juta ton, melonjak 42% dari realisasi produksi pada 2020 yang sebesar 1,48 juta ton.
Sampai Mei 2021, produksi feronikel mencapai 645.251,36 ton atau sekitar 31% dari target tahun ini. Adapun rincian produksinya yaitu pada bulan Januari sebesar 138.167,76 ton, turun pada bulan Februari menjadi 124.247,79 ton. Kemudian naik pada bulan Maret menjadi 141.260,31 ton, kembali turun pada bulan April menjadi sebesar 133.470,11 ton, dan kembali turun pada bulan Mei menjadi 108.105,39 ton.
Untuk produksi nickel matte, pada tahun ini ditargetkan mencapai 78 ribu ton, turun dibandingkan realisasi produksi pada 2020 yang mencapai 91,70 ribu ton.
Sampai Mei 2021 tercatat produksi nickel matte sebesar 33.580,92 ton atau sekitar 43% dari target tahun ini. Rinciannya, pada Januari produksi sebesar 6.088,82 ton, lalu turun pada Februari menjadi sebesar 5.304,95 ton. Lalu Maret naik signifikan menjadi 7.703,24 ton, dan kembali turun pada April menjadi 6.826,61 ton, dan kembali naik pada bulan Mei menjadi 7.657,30 ton.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total sumber daya logam nikel pada 2020 mencapai 214 juta ton logam nikel, meningkat dari 2019 yang tercatat sebesar 170 juta ton logam nikel.
Sementara jumlah cadangan logam nikel pada 2020 mencapai 41 juta ton logam nikel, lebih rendah dari 2019 yang mencapai 72 juta ton logam nikel.
Untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
Untuk rinciannya, cadangan bijih nikel kadar di atas 1,7% tereka sebesar 1,72 miliar ton, tertunjuk sebesar 1,26 miliar ton, terukur sebesar 954 juta ton, terkira sebesar 990 juta ton dan terbukti sebesar 772 juta ton.
Sementara untuk cadangan bijih nikel dengan kurang dari 1,7% tereka sebesar 2 miliar ton, tertunjuk 1,52 miliar ton, terukur sebesar 805 juta ton, terkira sebesar 1,30 miliar ton dan terbukti sebesar 589 juta ton.
Adapun nikel yang diperlukan untuk bahan baku baterai biasanya dengan kadar rendah di bawah 1,7%.
(wia) Next Article Hilirisasi Tambang dan Cita-Cita RI Jadi Raja Baterai
