
Mr Xi Jinping, Utang China Bengkak Naik 290%

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Utang China dilaporkan membengkak selama satu dekade terakhir. Corona (Covid-19) menjadi penyebab.
Dalam laporan risetnya, ²©²ÊÍøÕ¾ International mengatakan kenaikan dimulai saat pandemi menyerang di awal 2020. Wabah menghantam pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu dan mendorong pihak berwenang untuk mempermudah perusahaan mendapatkan pinjaman.
Hal tersebut menyebabkan melonjaknya utang- diukur terhadap ukuran ekonominya- ke level rekor di tahun 2020. Padahal sejak 2016 hingga 2019, China terus mengendalikan utangnya.
Mengambil data Data Bank of International Settlements (BIS), diperlihatkan bagaimana tingkat utang negara itu stabil selama beberapa tahun terakhir. Namun angkanya naik ke titik tertinggi sepanjang masa, hampir 290% dari produk domestik bruto (PDB), pada kuartal ketiga (Q3) tahun 2020 lalu.
![]() Total rasio utang terhadap PDB di negara-negara besar major. (Source: Bank of International Settlements via ²©²ÊÍøÕ¾) |
Sebenarnya China memang bukan satu-satunya negara yang mencatat lonjakan. Data serupa juga ditunjukkan Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Eropa ketika pemerintah di seluruh dunia meningkatkan pengeluaran untuk membantu bisnis dan rumah tangga mengatasi dampak pandemi.
Namun komposisi utang China tidak seperti AS dan Jepang. Sektor korporasi di China menyumbang sebagian besar dari total utang lebih dari 160% dari PDB sementara itu, utang pemerintah merupakan bagian terbesar dari total utang di AS dan Jepang.
Meski demikian, dengan pemulihan ekonomi seiring terkendalinya pandemi, China disebut pasti akan melakukan upaya multi years, untuk mengendalikan utang dalam beberapa bulan terakhir. Tapi kemungkinan besar, hal ini akan mempengaruhi perekonomian negara itu.
![]() Utang dalam negeri China. (Source: Bank of International Settlements • * Data include non-profit institutions serving households via ²©²ÊÍøÕ¾) |
"Laporan kantor berita Xinhua mengatakan Presiden Xi Jinping mengatakan pada November bahwa mungkin untuk menggandakan ukuran ekonomi China dan pendapatan per kapita pada tahun 2035," tulis ²©²ÊÍøÕ¾ International.
"Namun beberapa pengamat mengatakan Beijing mungkin tidak mencapai tujuan ekonominya. Itu karena tindakan keras China terhadap utang akan mengurangi prospek ekonominya di tahun-tahun mendatang. Sementara transisi yang dimaksudkan untuk lebih mengandalkan konsumsi ke pertumbuhan listrik hanya menunjukkan sedikit hasil."
China sendiri belum memberikan komentar soal laporan ini.
(sef/sef) Next Article Awas Meletus Mr Xi Jinping, Utang China Bengkak Rp 117.400 T