
Peran Mikrotrans dalam Integrasi Transportasi Jakarta

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Demi mencapai integrasi transportasi di Jakarta dan meningkatkan penggunaan angkutan umum, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghadirkan berbagai inovasi. Salah satu inovasi yang dihadirkan adalah angkutan Mikrotrans yang menjadi pengumpan untuk bus Transjakarta.
Mikrotrans merupakan angkot dengan cakupan yang lebih kecil dan bisa digunakan sebelum menaiki KRL ataupun bus TransJakarta. Agung (31) menjadi salah satu pengguna angkutan umum terutama Transjakarta hingga Mikrotrans. Berkantor di Jakarta, membuat perjalanannya dari rumah cukup jauh dan harus bergonta-ganti kendaraan umum. Ketika tidak menggunakan ojek online, dia akan memilih menggunakan Mikrotrans untuk menyambung perjalanan.
"Perjalanan lancar, apalagi sekarang tidak terlalu padat dan armadanya cukup banyak sehingga tidak perlu lama menunggunya. Ada Mikrotrans membantu banget sih karena nggak perlu selalu naik ojek online," kata Agung.
Sementara pengguna lainnya, yakni Resa (29) juga seringkali menggunakan Mikrotrans untuk sampai ke daerah rumahnya, di Kalisari, Jakarta Timur. Dia menggunakan Mikrotrans dengan rute Pasar Rebo-Kalisari sepulang kerja, ketika sedang tidak membawa kendaraan pribadi. Mikrotrans menurutnya menjadi alternatif karena bisa menjangkau ke dekat rumahnya, dengan ongkos yang lebih murah.
"Karena tidak setiap hari bawa kendaraan jadi biasanya naik angkutan umum juga, dan karena jaraknya dekat biasanya pilih naik angkot (Mikrotrans) saja," ujarnya.
Pengguna lainnya, Nina (34) mengatakan biasanya menggunakan kereta CommuterLine untuk menuju kantornya. Namun jarak stasiun dan rumahnya cukup jauh, sehingga harus didahului dengan ojek online ataupun angkot. Adanya Mikrotrans membuatnya tidak harus berjalan jauh untuk menjangkau stasiun ataupun halte bus yang berdekatan dengan stasiun.
"Jadi tidak perlu jalan jauh untuk menuju ke stasiun atau halte utama ketika mau naik bus ataupun kereta, Yang pasti lebih hemat juga, dan sekarang lebih terbantu lagi karena bisa cashless," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan integrasi transportasi menjadi hal mutlak untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum. Dengan integrasi nantinya akan tercipta infrastruktur, rute, dan tarif yang selaras. Dengan begitu perjalanan menggunakan angkutan umum bisa lebih efektif.
"Integrasi fisik, sudah bisa mulai dilihat, kemudian tarif itu sebetulnya sudah bisa, dalam artian sudah ditentukan bagaimana penumpang harus membayar. Infrastrukturnya pun sudah mendukung," kata dia.
Dihubungi terpisah, Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah mengatakan kebijakan integrasi transportasi umum sudah tepat, namun masih diperlukan waktu untuk merasakan efektivitasnya.
"Misalnya dari Pulo Gadung mau ke Kalideres, harus berganti beberapa kali. Kadang harus ganti angkutannya tidak cuma sekali dan rutenya jauh. Misalnya, CommuterLine dari Tanah Abang, mau ke gajah mada, itu harus naik dua kali antara TransJakarta atau Mikrotrans," kata dia.
Inisiasi integrasi antarmoda yang dilakukan PT JakLingko Indonesia saat ini menurutnya masih membutuhkan waktu hingga dirasakan manfaatnya dan masyarakat mau beralih ke angkutan umum. Selain itu, penting dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang kemudahan yang dihadirkan.
Singapura menurutnya menjadi salah satu negara yang sukses menerapkan integrasi transportasi, sehingga perjalanan masyarakat menjadi lebih efektif dan tidak ada waktu penumpang yang terbuang.
"Jika sudah terintegrasi secara fisik, maka barulah integrasi sistem seperti tarif akan menjadi efektif. Setelah itu harus ada edukasi kepada masyarakat. Selama ini penerapan integrasi masih belum optimal dan perlu waktu, serta proses panjang. Kemudian jika pembayaran cashless (non-tunai) maka masih harus diedukasi," jelas Trubus.
(yun/yun) Next Article Sederet Transformasi Transportasi DKI Menuju The New Normal