
Ini Ternyata Harta Karun Hijau RI yang Jadi Incaran Maling

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Vanili, atau Vanilla planifolia, tanaman berdaging tebal, masuk dalam suku Anggrek-anggrekan (Orchidaceae). Vanili menghasilkan buah polong yang diolah jadi bubuk vanili. Bahan yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan. Tanaman ini kerap dijuluki sebagai harta karun hijau Indonesia.
Karena harganya memang mahal dan masih jadi salah satu produk paling diminati pasar hingga skala internasional.
Vanili adalah tanaman perkebunan tahunan. Hasil olahannya dapat menghasilkan produk bernilai tambah, dalam bentuk ekstrak, sari, oleoresin, maupun bubuk. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kuliner.
Vanili juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, herbal, dan minyak esensial.
Tanaman ini dapat tumbuh di areal 200-600 meter di atas permukaan laut. Ini adalah kategori ideal. Namun, tetap dapat tumbuh baik di lahan yang berada di 1.500 meter di atas permukaan laut.
Vanili disebut sebagai emas hijau karena potensial menopang ekspor Indonesia. Menurut catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indonesia memiliki potensi menjadi basis ekspor vanili terbesar di dunia.
Tahun 2020, Kemendag merilis, bji vanili mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni US$650 per kg. Sedangkan tahun 2020, terkoreksi menjadi US$200 per kg. Dimana, pada periode 2015-2019, tren ekspor produk vanili Indonesia tercatat tumbuh positif sebesar 32,55 persen.
Pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai eksportir terbesar dunia setelah Madagaskar dan Perancis. Madagaskar menguasai 53,06 persen pangsa ekspor vanili dunia dengan ekspor sebesar US$573,17 juta.Â
![]() Vanili (Dok. Amelius Manoppo/ UD Lo'or) |
Mengutip situs Vanili Indonesia, pasokan yang terbatas jadi penyebab mahalnya harga vanili. Selain itu, karakter tanaman yang kompleks menyebabkan harga vanili jadi mahal. Pasalnya, tenaga manusia sangat dibutuhkan dalam penyerbukan karena bentuk bunga yang tidak sempurna.
Harga vanili tahun 2022 diprediksi masih akan melejit. Untuk vanili kering batangan diprediksi bisa mencapai Rp5,2 juta per kg, harga vanili basah Rp600.000 per kg.
Di beberapa platform belanja online, vanili dijual dengan harga bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan.
Misalnya, pedagang di platform Shopee menawarkan vanili dengan harga Rp33 ribu per batang. Ada juga yang menawarkan Rp2,65 juta untuk 500 gram, atau Rp4,5 juta per kg.
Sementara di Tokopedia ada vanili dijual Rp67 ribu per 10 gram. Ada juga yang menawarkan harga promosi Rp2,85 juta per 500 gram. Harga satu kilogram ditawarkan bervariasi mulai Rp3,2 hingga 5 juta.
Vanili tersebut diklaim grade A, atau vanili kering Tahiti Super. Sementara untuk jenis gourmet, ada juga pedagang yang menawarkan dengan hargabervariasi Rp785 ribu hingga 852 ribu per 100 gram.
Karena harganya yang fantastis, vanili pun jadi incaran maling.
Ketua Dewan Vanili Indonesia John Tumiwa mengatakan, pencurian vanili terjadi saat proses polinasi. Akibatnya, banyak petani melakukan panen muda.
"Ini yang menyebabkan citra vanili Indonesia itu jelek. Imejnya itu murah, bau asap, dan muda," kata John kepada ²©²ÊÍøÕ¾, belum lama ini.
Proses polinasi hingga panen, jelasnya, biasanya membutuhkan waktu sekitar 8 bulan.
"Tidak mudah bagi petani dalam masa hiatus ini. Petani melaporkan, kalau setiap Jumat atau hari Minggu, beans (vanili basah/ polong) mereka dicuri. Karena pada saat itu petani sedang ibadah atau salat. Itu waktunya si pencuri gerilya. Akibatnya, mereka tidak lagi ke masjid atau atau gereja, melainkan ke ladang menjaga vanili," kata John.
Pencurian beans atau vanili basah, kata dia, permasalahan yang dihadapi petani selama bertahun-tahun dan belum terpecahkan.
Pembina petani dan fasilitator organisasi nirlaba Vanili Indonesia, Hendra Sipayung mengatakan, pencurian sudah menjadi momok bagi petani di Indonesia.
"Karena harganya, minat bertanam vanili ini tinggi. Tapi, pencurian ini jadi momok. Apalagi, pencuri tidak lagi hanya mengambil buahnya, tapi juga mencabut pohonnya. Tanamannya juga diambil. Karena itu, kelembagaan petani vanili Indonesia itu penting. Dari situ bisa dikembangkan standar traceability dan kewajiban SNI atau sertifikasi tanaman vanili Indonesia," kata Hendra.
Hal itu, imbuhnya, bisa sekaligus mengedukasi pembeli agar tidak terjebak dan justru menjadi "penadah" vanili curian.
"Soal traceability ini perlu jadi perhatian pemerintah. Jangan-jangan, buyer sudah menikmati hasil pencurian, jadi penadah," kata Hendra.
Amelius Manoppo, petani vanili dan pemilik UD Lo'or di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara mengakui, pencurian jadi salah satu kendala utama. Apalagi jika sudah menjelang masa panen.
"Petani biasanya bekerja sama, ada yang bikin ranjau, ada yang bawa anjing. Bekerja sama menjaga," kata Amelius.
(dce/dce) Next Article Diam-Diam RI Punya 'Harta Karun' Hijau, Harganya Bikin Kaget!