
Soros, Pejuang Demokrasi Liberal yang Ditolak di "Kampungnya"

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Trader kelas paus George Soros yang juga aktivis demokrasi liberal menyerukan Barat untuk mengalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin secepatnya "demi menyelamatkan peradaban yang bebas." Ironis, idenya tak laku di tanah kelahirannya sendiri.
Hal itu disampaikannya di sela sesi makan malam Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss, Selasa (24/5/2022). Pria 91 tahun itu percaya operasi militer Rusia di Ukraina-yang menurut Putin ditujukan untuk membasmi neo-NAZI-adalah kesalahan.
"Mengalahkan Putin sesegera mungkin, itulah intinya," tegasnya, dikutip Reuters. "Gencatan senjata tidak bisa dicapai karena dia tidak bisa dipercaya. Semakin lemah Putin, semakin tidak terduga dia," tambah Soros.
Soros membangun citra sebagai pejuang demokrasi dan masyarakat terbuka, melalui yayasan yang bernama Open Society Foundation. Dalam situsnya, disebutkan bahwa Soros telah memberikan dana pribadi hingga US$ 32 miliar ke dalam yayasan pro-demokrasi itu.
Tidak heran, istilah 'masyarakat terbuka' dan demokrasi selalu dipakai dalam sepak-terjang keturunan pria Yahudi yang lahir tahun 1930 di Hungaria ini. Sebelumnya di kesempatan yang sama, ia mengklaim perang Rusia-Ukraina bisa menjadi awal Perang Dunia III bagi masyarakat terbuka.
Ia menyebut perang Ukraina sebagai "perjuangan lebih luas antara masyarakat terbuka" versus "masyarakat tertutup". "Rezim represif sedang berkuasa dan masyarakat terbuka dikepung. Hari ini China dan Rusia menghadirkan ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka," ujar Soros.
Dia bahkan menyebutkan bahwa Uni Eropa (UE) didirikan untuk mencegah itu terjadi, meski--tentu saja-tak menyinggung rekam jejak Eropa dan aliansi militer mereka (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang mengebom Yugoslavia, Afghanistan, Libya, hingga Irak.
Di Asia, citra Soros sangatlah buruk. Pengelola dana lindung nilai (hedge fund) ini disorot setelah mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Muhammad menyebutkan bahwa krisis Asia 1997 dipicu oleh tingkah Soros yang "mengebom" mata uang negara Asia.
Hedge fund adalah lembaga pengelola dana investasi kelas kakap yang membidik keuntungan besar dalam waktu singkat. Pada 1997, perusahaan hedge fund milik Soros yakni Quantum Fund melakukan spekulasi mata uang Bath di Thailand yang memicu kejatuhan mata uang itu.
Selanjutnya, mata uang negara Asia Tenggara lainnya juga diterpa aksi jual sehingga pecahlah krisis moneter yang memicu kesengsaraan bagi jutaan rakyat di Asia. Di Indonesia, krisis 1997 memicu konflik multidimensional yang mendongkrak angka kemiskinan jadi 49,5 juta orang.
Itu bukan aksi dia yang pertama. Di Eropa, Soros pernah membanting kurs mata uang Inggris poundsterling. Pada 1992, ia sukses menguras devisa milik bank Sentral Inggris sehingga mata uang sterling anjlok 15%. Soros disebut-sebut meraup cuan US$ 1 miliar (Rp 14 triliun).