
Ini Bukti RI Bisa Jadi 'Juru Selamat' India Dari Gelap Gulita

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Negara Bollywood yakni India terancam gelap gulita akibat krisis listrik dan seretnya pasokan batu bara. India membutuhkan banyak pasokan listrik akibat gelombang panas yang terjadi di negaranya sejak April lalu. Apakah Indonesia benar-benar bisa menjadi penyelamat India? Cek datanya!
Saat ini pemerintah menargetkan bisa mengejar target produksi batu bara mencapai 663 juta ton. Dari produksi itu, ekspor terbesar kedua batu bara Indonesia setelah China adalah India.
Dari Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), sejak tahun 2020 ekspor batu bara ke India itu mencapai 97,2 juta metrik ton (MT), adapun ekspor pada tahun 2021 mencapai 65,5 juta MT ke India.
Sementara itu, sejak Januari hingga Maret 2022 ini ekspor batu bara Indonesia ke India sudah mencapai 13 juta ton. Kabarnya, pada April sampai Mei 2022 permintaan mengalami peningkatan yang signifikan secara year on year (yoy).
"Data-data yang ada sementara seperti di atas. Kabarnya sih demand dari India cukup tinggi, tapi untuk menyimpulkan apakah ada peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu data sampai mei ii belum ada," terang Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (2/5/2022).
Namun yang pasti, kata Hendra, ia mendengar kabar bahwa adanya peningkatan permintaan suplai batu bara ke India. Hanya saja memang, ia belum bisa menyimpulkan karean data untuk ekspor April-Mei 2022 ini belum keluar dari Kementerian ESDM.
"Karena memang setahu saya krisis listrik di India ini terjadi sejak pertengahan atau akhir April ya? sehingga data akhir Mei kalau sudah keluar akan lebih bagus," tandas Hendra.
Lembaga riset independen, The Central Electricity Authority of India (CEA) memprediksi puncak permintaan listrik India akan mencapai 214 Giga Watt (GW) di Agustus. Rata-rata kebutuhan energi juga bisa meningkat lebih dari bulan Mei ini menjadi 1.33.426 juta unit (MUs).
Mengutip Washington Post, gelombang panas menjadi penyebab. Mei ini, India bagian utara, selatan dan barat, bahkan mencatat suhu lebih dari 40 derajat Celcius.
Di beberapa area, panas bahkan nyaris menembus 50 derajat Celcius. Ini membuat warga mengonsumsi listrik untuk pendingin dalam jumlah besar.
Akibatnya pemerintah kini kembali memerintahkan beroperasinya pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas penuh.
"Kementerian Lingkungan telah memberikan izin tambang batu bara untuk meningkatkan produksi hingga 50% tanpa mencari izin baru," tulis media Amerika Serikat (AS) itu mengutip sebuah memo 7 Mei.
"Memo itu mengaitkan peraturan lingkungan yang longgar dengan tekanan besar pada pasokan batu bara domestik di negara itu dan mengatakan "semua upaya sedang dilakukan untuk memenuhi permintaan batu bara"," tambahPost.
Untuk mengatasi krisis listrik tersebut, India melakukan negosiasi antar pemerintah yang akan dilakukan oleh kementerian luar negeri dan melibatkan kementerian keuangan. Negosiasi dibuka ke beberapa negara termasuk Indonesia untuk impor batu bara.
"Kementerian luar negeri sedang menjajaki saluran diplomatik dari semua sumber yang tersedia untuk mengimpor batu bara untuk tujuan pencampuran," kata seorang pejabat senior pemerintah, salah satu dari dua yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (1/6/2022).
"Rencananya adalah mendapatkan batu bara dengan harga yang dinegosiasikan dari negara-negara penghasil batu bara terbesar-Rusia, Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan. Jadi, masuk akal bagi Coal India untuk mengimpor atas nama genco negara dan IPP (produsen listrik independen) sebagai itu akan memberikan kekuatan negosiasi yang lebih baik," kata pejabat kedua, yang juga menolak disebutkan namanya.
(pgr/pgr) Next Article Krisis Listrik Teror India, Batu Bara RI Bisa Jadi Penyelamat