
Alert! India Terancam Gelap Gulita, Ini Buktinya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â - Ancaman krisis krisis yang melanda India sejak tahun lalu nyatanya belum berlalu. Kondisi tersebut justru bertambah parah pada tahun ini.
Dilansir Reuters, Selasa (21/2/2023), Kementerian Listrik India memproyeksikan permintaan puncak sebesar 229 gigawatt (GW) pada April mendatang. Untuk memenuhi permintaan tersebut, kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) harus beroperasi setidaknya 193 GW.
India memperkirakan pembangkit listriknya akan membakar sekitar 8% lebih banyak batu bara pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2024. Adapun, meningkatnya aktivitas ekonomi dan cuaca yang tidak menentu akan terus mendorong pertumbuhan permintaan akan tenaga listrik.
Pemerintah India pun waswas dengan kondisi tersebut dan khawatir produksi listrik tak akan memadai. Beleid baru pun diterbitkan.
Akhirnya, pada Senin (20/2/2023), pemerintah meminta undang-undang darurat untuk memaksa pembangkit listrik yang beroperasi dengan batu bara impor memaksimalkan kapasitasnya menjelang rekor lonjakan penggunaan listrik musim panas ini.
Perlu diketahui, banyak pembangkit listrik di India yang menggunakan batu bara impor, termasuk milik Adani Power dan Tata Power di negara bagian barat Gujarat, belum beroperasi dengan kapasitas penuh karena mereka merasa sulit untuk bersaing dengan listrik yang dihasilkan dari batu bara domestik yang murah.
Dalam pemberitahuan yang dikirim ke semua pembangkit listrik berbasis batu bara yang diimpor, kementerian mengatakan mengharapkan mereka untuk beroperasi dengan kapasitas penuh dan menjual listrik kepada konsumen.
Adapun, pembangkit batu bara impor India memiliki total kapasitas 17 GW.
Arahan tersebut mulai berlaku pada 16 Maret, memberi pabrik waktu untuk mengimpor batu bara menjelang lonjakan konsumsi yang diharapkan dan akan tetap berlaku hingga 15 Juni 2023.
(luc/luc) Next Article Investasi Kelistrikan RI Anjlok di 2022, Kenapa?
