
Tak Cuma di Indonesia, Amerika Pun 'Kiamat' Pesawat

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Industri penerbangan sedang dalam kondisi yang memprihatinkan. Di Amerika Serikat (AS), maskapai penerbangan telah membatalkan 21.000 penerbangan atau sekitar 2,7% dari total yang dijadwalkan sejak liburan akhir pekan Memorial Day pada Mei lalu. Jumlah ini naik dua kali lipat dari tahu lalu.
Tingkat keterlambatan penerbangan juga naik lebih tinggi dibanding tahun lalu. Rata-rata keterlambatan mencapai 25% tiap maskapai.
Operator masih bergulat dengan kekurangan staf setelah memecat ribuan pilot pada puncak pandemi virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) pada 2020. Meskipun beberapa maskapai seperti Delta dan United Airlines secara agresif merekrut pilot baru tapi diperkirakan kekurangan pilot masih akan terjadi. Ini karena terbatasnya kapasitas pelatihan bagi pilot.
"Mereka telah membawa kembali orang-orang, tetapi membuat orang-orang itu menjadi produktif dalam operasi adalah tugas yang sangat sulit," kata analis penerbangan Robert Mann.
"Anda tidak bisa begitu saja membawa seseorang keluar dari jalan dan menyuruh mereka bekerja. Anda harus melatih mereka."
Krisis pegawai telah mempersulit industri untuk beroperasional secara optimal. Maskapai penerbangan AS telah memangkas 15% dari jadwal musim panas mereka, menurut asosiasi Airlines for America.
"Maskapai penerbangan menerbangkan pesawat yang mereka dapat staf, belum tentu rute yang paling menguntungkan atau paling populer," kata Peter McNally, Pemimpin Sektor Global untuk Bahan dan Energi Industri di perusahaan riset Third Bridge.
Namun, pihak maskapai tak serta merta menerima alasan bahwa kekurangan staf adalah persoalan utama. America Airlines menyalahkan kontrol lalu lintas udara dan cuaca. Wajar, karena American Airlines mengatakan telah menambah 12.000 karyawan baru dalam persiapan untuk perjalanan musim panas.
"Hub terbesar dan tersibuk di Amerika telah terpengaruh, yang memiliki efek riak di seluruh operasi kami," kata juru bicara maskapai.
Kepala Eksekutif Frontier Airlines Barry Biffle juga mengaitkan penundaan dan pembatalan penerbangan dengan staf ATC yang tidak memadai dan peningkatan program penundaan darat Administrasi Penerbangan Federal (FAA), yang digunakan untuk mengatur volume lalu lintas udara. Biffle mengatakan ada peningkatan program hingga sepuluh kali lipat dibandingkan tahun 2019.
Dalam sebuah surat kepada Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg pekan lalu, Airlines for America mengatakan tantangan staf ATC mengganggu penerbangan bahkan dalam cuaca yang baik. Ia meminta FAA untuk memastikan staf yang memadai dan untuk mengurangi penutupan wilayah udara.
FAA balik menyalahkan maskapai karena mengurangi jumlah karyawan selama puncak pandemi.
"Orang-orang berharap ketika mereka membeli tiket pesawat, mereka akan sampai ke tujuan dengan aman, efisien, andal, dan terjangkau," kata FAA dalam sebuah pernyataan.
"Setelah menerima bantuan pandemi senilai $54 miliar untuk membantu menyelamatkan maskapai dari PHK massal dan kebangkrutan, rakyat Amerika layak untuk memenuhi harapan mereka."
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ras/ras) Next Article Jelang Nataru, Ternyata Ini Rute Penerbangan Paling Laris