²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Krisis Energi di Asean, Tetangga RI Mau Beli Minyak Rusia

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
07 July 2022 15:05
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Laos telah memulai pembicaraan dengan Rusia mengenai pembelian minyak bumi. Media Laos melaporkan bahwa bensin Kremlin 70% lebih murah daripada pasokan internasional karena efek sanksi Barat.

Salah satu negara anggota Asean itu dilaporkan ingin mengambil keuntungan dari sikapnya yang berbeda pada serangan Moskow ke Ukraina. Ini dilakukan agar Laos mendapatkan akses ke minyak Rusia yang akan mengurangi kekurangan bahan bakar di negaranya.

Laos yang terkurung daratan memperoleh hampir semua bahan bakarnya dari China, Thailand, Vietnam, dan negara-negara terdekat lainnya. Namun ibu kotanya, Vientiane telah kehilangan daya beli karena lonjakan harga komoditas.

Negara ini tidak dapat mengamankan cukup bensin seperti yang diantisipasi, mendorong perburuan sumber yang lebih murah.

Pada pertengahan Juni di Vientiane, barisan sepeda motor dan mobil penumpang membentang hampir 200 meter dari stasiun layanan sejak pagi.

"Saya harus pulang kerja lebih awal, kalau tidak saya tidak akan pernah tepat waktu untuk mengisi bensin," kata Noy, pegawai kafe berusia 20 tahun, dilansir Nikkei Asia, Kamis (7/7/2022).

Bensin Vientiane biasanya tutup sekitar jam 9 malam, tetapi sekarang hampir semuanya tutup lima jam lebih awal setelah terjual habis, kata pekerja kafe itu.

Biaya bensin reguler 21.410 kip atau setara Rp 21 ribu per liter pada 24 Juni, naik lebih dari 40% sejak Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari. Kenaikan harga bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari yang terus menerus membuat kantong konsumen menipis.

Pada April lalu, Rusia mengatakan pihaknya bersedia menjual minyak dan produk minyak ke "negara-negara sahabat" pada "kisaran harga berapa pun," menurut laporan Reuters.

India, yang abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk serangan Rusia ke Ukraina, telah membeli minyak mentah Rusia dengan harga diskon. Laos juga abstain, dan kemungkinan berharap dapat mengamankan persyaratan yang sama menguntungkannya sebagai sesama negara "bersahabat".

Tapi minyak itu bisa membawa harga tinggi dengan cara lain. Laos telah banyak meminjam dari China untuk membangun jaringan transportasinya, dan pembayaran utang luar negeri Vientiane diproyeksikan melebihi US$1 miliar tahun ini. Infrastruktur kritis bisa terancam disita jika negara gagal membayar dan jatuh ke dalam perangkap utang.

Presiden Thongloun Sisoulith mengatakan pada Konferensi tahunan Future of Asia pada Mei bahwa Vientiane "tidak akan memihak dalam konflik dan perselisihan hari ini." Tetapi netralitasnya bisa terancam jika Moskow mencari kompensasi politik untuk minyak murahnya.


(tfa/luc) Next Article Bukti Terbaru Aksi Putin di Ukraina Bikin Eropa Tekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular