
Raja Minyak Bicara Bahaya Kebijakan Pengurangan Emisi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) memperingkatkan tentang dampak kebijakan pemangkasan emisi yang tidak realistis bisa membuat inflasi meroket.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh MBSÂ dalam pertemuan tingkat tinggi antara pemimpin Arab dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, seperti dilaporkan oleh AFP, Minggu (17/7/2022).
Arab Saudi adalah eksportir minyak mentah terbesar. Namun, MBS yang disebut sebagai pemimpin de facto Arab Saudi, telah berupaya menerapkan kebijakan ramah lingkungan dalam agenda reformasinya.
Tahun lalu, Arab Saudi berkomitmen untuk mencapai emisi nol karbon netto pada 2060, yang disambut oleh aktivitas lingkungan hidup dengan cibiran.
"Mengadopsi kebijakan yang tidak realistis untuk menekan emisi dengan tidak melibatkan sumber energi utama, dalam beberapa tahun ke depan bakal menyebabkan inflasi di level yang belum pernah ada sebelumnya dan mendongkrak harga energi. Pada saat bersamaan, angka pengangguran naik sehingga menyebabkan permasalahan keamanan dan sosial," kata MBS, dikutip dari AFP.
Kebijakan energi adalah komponen kunci kunjungan Biden ke Timur Tengah. Washington ingin agar Riyadh memompa minya ke pasar untuk menekan harga.
Setelah pertemuan dengan pemimpin Arab Saudi, Biden mengatakan bahwa ia "akan melakukan semua yang ia bisa" untuk meningkatkan pasokan minyak mentah, tetapi menambahkan bahwa solusi konkret baru bisa tampak "dalam beberapa minggu ke depan".
Kemarin, MBSÂ mengatakan bahwa Arab Saudi akan "memainkan perannya", menegaskan komitmen yang disampaikan pada Mei lalu untuk meningkatkan produksi harian minyak mentah lebih dari 1 juta barel hingga melebihi 13 juta barel pada 2027.
(dem) Next Article Pangeran Arab Saudi Koma 17 Tahun, Begini Kondisi Terbarunya
